1.
PERBEDAAN
SAHAM PREFEREN DAN SAHAM BIASA
Saham preferen
(preferred stock) adalah perjanjian yang memberikan keutamaan/kelebihan bagi
pemiliknya dibandingkan pemegang saham biasa untuk hal-hal tertentu. Pemegang
saham preferen memiliki prioritas dalam hal:
1) Pembagian
laba (dividen)
2) Aset
jika terjadi likuiditas.
Namun
biasanya saham preferen tidak memiliki hak suara. Seperti saham biasa saham
preferen dapat diterbitkan secara tunai atau aset non tunai. Jurnal untuk
transaksi ini sama dengan jurnal untuk saham biasa. Ketika perusahaan memiliki
lebih dari satu jenis saham, setiap nama akun modal disetor harus menunjukkan
saham yg sesuai. Sebagai contoh, perusahaan memiliki akun berikut:
1) Saham
Preferen
2) Saham
Biasa
3) Agio
Saham-Saham Preferen
4) Agio
Saham-Saham Biasa
Diasumsikan
bahwa Stine Corporation menerbitkan 10.000 saham seharga $12 per lembar dengan
nilai nominal $10. Jurnal untuk mencatat penerbitan tersebut adalah:
Saham
preferen dapat memilki nilai nominal atau tidak. Pada bagian ekuitas pemegang
saham di neraca, saham preferen akan disajikan pertama kali karena memiliki
prioritas atas dividen dan likuidasi sebagaimana akan dibahas berikut ini.
Prioritas atas Dividen
Sebagaimana
dijelaskan di atas, pemegang saham preferen memiliki hak untuk memperoleh
pembagian laba sebelum pemegang saham biasa menerimanya. Sebagai contoh, jika
besarnya pemberian dividen adalah $5 per lembar, pemegang saham biasa tidak
akan menerima dividen pada tahun berjalan sampai pemegang saham preferen telah
menerima $5 per lembar saham. Klaim pertama atas dividen tidaklah menjamin
adanya pembayaran dividen. Dividen bergantung pada banyak faktor, seperti
kecukupan saldo laba dan ketersediaan kas.
Jumlah
dividen per saham dinyatakan sebagai persentase dari nilai nominal saham
preferen atau atas jumlah tertentu. Sebagai contoh, pada suatu saat Crane
Company secara khusus menyatakan bahwa dividen diberikan sebanyak 3¾% pada nilai nominal
saham preferen $100 ($100 x 3¾% = $3,75 per lembar saham). Pemegang saham preferen PepsiCo memiliki
hak atas dividen $5,46 untuk setiap saham tanpa nilai nominal.
Dividen Kumulatif
Pemegang saham preferen dapat memiliki dividen kumulatif (cumulative dividend).
Hal ini berarti bahwa pemegang saham preferen harus dibayar untuk penerimaan
dividen setiap tahun dan memperoleh proritas atas dividen yang belum diterima
sebelum pemegang saham biasa menerima dividen. Ketika saham preferen bersifat
kumulatif, dividen preferen tidak diumumkan untuk suatu periode tertentu dan
disebut sebagai dividen terutang atau dividen belum terbayar (dividend in
arrears).
Sebagai contoh, asumsikan bahwa Scientific-Leasing memiliki 5.000 saham
preferen kumulatif yang beredar, 7%, nilai nominal $100. Dividen tahun ini
sebesar $35.000 (5.000 x $7 per lembar), tetapi dividen belum dibagikan untuk 2
tahun. Dalam kasus ini pemegang saham preferen memiliki hak untuk menerima
dividen selama tahun berjalan.
Tidak ada pembagian saham untuk pemegang saham
biasa sampai seluruh dividen preferen dibayarkan. Dengan kata lain, dividen
tidak dapat dibayarkan kepada pemegang saham biasa sebelum pemegang saham
preferen menerima seluruh hak atas dividen mereka.
Dividen belum terbayar tidak dianggap sebagai hutang. Tidak ada
kewajiban untuk melakukan pembayaran sampai dividen diumumkan oleh dewan
komisaris. Namun
demikian, jumlah dividen yang harus dibayar wajib diungkapkan pada catatan atas
laporan keuangan. Dengan demikian, investor dapat menilai dampak potensial
komitmen ini terhadap posisi keuangan perusahaan.
Perusahaan yang tidak memungkinkan untuk memenuhi
kewajiban dividen dianggap sebagai informasi yang tidak menguntungkan bagi para
investor. Seperti yang dikatakan oleh eksekutif keuangan saat membahas
kegagalan sebuah perusahaan untuk membayarkan dividen preferen kumulatif dalam
kurun waktu tertentu, “tidak bisa memenuhi kewajiban membayar dividen merupakan
aib besar bagi perusahaan anda.”
Prioritas atas Likudasi
Kebanyakan saham preferen juga memiliki prioritas
atas aset perusahaan jika perusahaan di likuidasi. Hal ini memberikan rasa aman
bagi pemegang saham preferen. Hak atas aset dapat sebesar nilai nominal saham
atau sejumlah nilai likuidasi tertentu. Saham preferen EarthLink memberikan pemegang saham untuk menerima $20,83 per
lembar saham, ditambah utang dan dividen yang belum dibayar jika terjadi
likuidasi yang tidak direncanakan. Hak prioritas dalam likuidasi memberikan
klaim khusus bagi para kreditor dan pemegang saham preferen.
2.
MENYUSUN EKUITAS PEMEGANG SAHAM
Dalam bagian ekuitas pemegang saham di neraca,
modal disetor dan saldo laba akan dilaporkan. Sumber dana dari modal disetor
akan dijelaskan secara khusus. Dalam modal disetor, terdapat 2 klasifikasi yang
diakui:
1.
Modal Saham
Terdiri
atas saham preferen dan saham biasa. Saham preferen akan disajikan sebelum
saham biasa karena adanya hak prioritas yang dimiliki oleh pemegang saham
preferen. Nilai nominal, jumlah saham dalam modal dasar, saham yang diterbitkan,
dan saham yang beredar akan dilaporkan untuk setiap jenis saham.
2.
Tambahan Modal Disetor
Mencakup
selisih antara jumlah yang dibayarkan dengan nilai nominal atau nilai yang
dtetapkan dan modal disetor dari saham treasuri.
Contoh penyusunan ekuitas:
Connally Inc menerbitkan saham biasa sebesar
400.000, 100.000 saham yang belum diterbitkan (500.000 saham sebagai modal
dasar dikurangi 400.000 saham diterbitkan), dan 390.000 saham yang beredar
(400.000 saham diterbitkan dikurangi 10.000 saham treasuri). Pada laporan
tahunan yang diumumkan, masing-masing sumber tambahan modal disetor sering kali
digabungkan dan dilaporkan sebagai satu kesatuan jumlah. Selain itu, saham
sebagai modal dasar sering kali tidak dilaporkan.
Dalam praktiknya, istilah “surplus modal” kadang
digunakan untuk akun tambahan modal disetor dan “surplus laba” digunakan untuk
akun saldo laba. Penggunaan istilah “surplus” menunjukkan selisih lebih atas
jumlah dana yang tersedia. Namun hal ini tidaklah sesuai dengan kasus diatas.
Oleh karena itu, istilah “surplus” seharusnya tidak digunakan dalam akuntansi.
Sayangnya, sejumlah laporan keuangan masih menggunakan istilah tersebut.
Berikut adalah gambar bagian ekuitas pemegang saham:
Berikut adalah gambar ekuitas pemegang saham yang diumumkan:
3.
NILAI BUKU PER SAHAM
Selain
nilai lembar per saham terdapat nilai
buku per saham (book value per share). Ini menunujukkan ekuitas yang dimiliki pemegang saham biasa
dalam aset bersih perusahaan dari kepemilikan setiap lembar saham. Ingatlah
bahwa aset bersih perusahaan harus sama dengan total ekuitas. Sehingga rumus
untuk menghitung nilai buku per saham ketika perusahaan hanya memiliki satu
jenis yang beredar adalah:
Dengan
demikian, jika Marlo Corporation memiliki total ekuitas pemegang saham sebesar
$1.500.000 (saham biasa $1.000.000 dan saldo laba $500.000) dan 50.000 saham
biasa yang beredar, maka nilai buku per saham adalah $30 ($1.500.000 ÷ 50.000).
Nilai Buku versus Nilai Pasar
Nilai buku
per saham tidaklah sama dengan nilai pasar per saham. Secara umum, nilai buku
didasarkan atas pencatatan biaya perolehan. Nilai pasar menunjukkan
pertimbangan subjektif dari ribuan pemegang saham dan investor tentang potensi
perusahaan untuk laba di masa mendatang dan dividen. Nilai pasar per saham
dapat lebih tinggi dari nilai buku per saham, tetapi sesungguhnya hal ini tidak
menunjukkan bahwa saham tersebut dinilai terlalu tinggi. Hubungan antara nilai
buku dan rata-rata tahunan nilai pasar per saham sering kali tidak terlalu
jelas, sebagaimana ditunjukkan oleh data berikut ini.
Nilai buku
per saham akan berguna untuk
menentukan tren jumlah per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham di
perusahaan. Nilai ini juga sangat menentukan dalam banyak kontrak dan kasus di
pengadilan saat hak individu diasarkan pada informasi biaya perolehan.
Kesimpulan
Jadi,
perbedaan antara saham preferen dan saham biasa bisa kita lihat dari
perolehan hak prioritasnya. Pemegang saham preferen lebih dahulu mendapatkan
hak dividennya dibandingkan dengan pemegang saham biasa yang harus menunggu
pemegang saham preferen menerima hak dividennya secara keseluruhan.
Kemudian
menyusun ekuitas pemegang saham dapat dilakukan dengan menyetorkan modal saham lalu saldo laba akan dilaporkan, dan sumber dana khusus atas modal yg
disetorkan harus dijelaskan. Jika perusahaan memiliki saham treasuri, maka biaya perolehan saham treasuri menjadi pengurang dari total modal disetor dan saldo laba sehingga diperoleh total ekuitas pemegang saham.
Setelah itu
dalam menghitung nilai buku diperlukan total
ekuitas pemegang saham yang akan dibagi dengan jumlah saham biasa yang beredar sehingga menghasilkan nilai buku per saham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar