Selasa, 03 Desember 2013

Saham dan Penghitungan Nilai Buku per Saham



1.     PERBEDAAN SAHAM PREFEREN DAN SAHAM BIASA
Saham preferen (preferred stock) adalah perjanjian yang memberikan keutamaan/kelebihan bagi pemiliknya dibandingkan pemegang saham biasa untuk hal-hal tertentu. Pemegang saham preferen memiliki prioritas dalam hal:
1)      Pembagian laba (dividen)
2)      Aset jika terjadi likuiditas.
Namun biasanya saham preferen tidak memiliki hak suara. Seperti saham biasa saham preferen dapat diterbitkan secara tunai atau aset non tunai. Jurnal untuk transaksi ini sama dengan jurnal untuk saham biasa. Ketika perusahaan memiliki lebih dari satu jenis saham, setiap nama akun modal disetor harus menunjukkan saham yg sesuai. Sebagai contoh, perusahaan memiliki akun berikut:
1)      Saham Preferen
2)      Saham Biasa
3)      Agio Saham-Saham Preferen
4)      Agio Saham-Saham Biasa
Diasumsikan bahwa Stine Corporation menerbitkan 10.000 saham seharga $12 per lembar dengan nilai nominal $10. Jurnal untuk mencatat penerbitan tersebut adalah:
Saham preferen dapat memilki nilai nominal atau tidak. Pada bagian ekuitas pemegang saham di neraca, saham preferen akan disajikan pertama kali karena memiliki prioritas atas dividen dan likuidasi sebagaimana akan dibahas berikut ini.



Prioritas atas Dividen
Sebagaimana dijelaskan di atas, pemegang saham preferen memiliki hak untuk memperoleh pembagian laba sebelum pemegang saham biasa menerimanya. Sebagai contoh, jika besarnya pemberian dividen adalah $5 per lembar, pemegang saham biasa tidak akan menerima dividen pada tahun berjalan sampai pemegang saham preferen telah menerima $5 per lembar saham. Klaim pertama atas dividen tidaklah menjamin adanya pembayaran dividen. Dividen bergantung pada banyak faktor, seperti kecukupan saldo laba dan ketersediaan kas.
Jumlah dividen per saham dinyatakan sebagai persentase dari nilai nominal saham preferen atau atas jumlah tertentu. Sebagai contoh, pada suatu saat Crane Company secara khusus menyatakan bahwa dividen diberikan sebanyak 3¾% pada nilai nominal saham preferen $100 ($100 x 3¾% = $3,75 per lembar saham). Pemegang saham preferen PepsiCo memiliki hak atas dividen $5,46 untuk setiap saham tanpa nilai nominal.
Dividen Kumulatif
Pemegang saham preferen dapat memiliki dividen kumulatif (cumulative dividend). Hal ini berarti bahwa pemegang saham preferen harus dibayar untuk penerimaan dividen setiap tahun dan memperoleh proritas atas dividen yang belum diterima sebelum pemegang saham biasa menerima dividen. Ketika saham preferen bersifat kumulatif, dividen preferen tidak diumumkan untuk suatu periode tertentu dan disebut sebagai dividen terutang atau dividen belum terbayar (dividend in arrears).
Sebagai contoh, asumsikan bahwa Scientific-Leasing memiliki 5.000 saham preferen kumulatif yang beredar, 7%, nilai nominal $100. Dividen tahun ini sebesar $35.000 (5.000 x $7 per lembar), tetapi dividen belum dibagikan untuk 2 tahun. Dalam kasus ini pemegang saham preferen memiliki hak untuk menerima dividen selama tahun berjalan.
Tidak ada pembagian saham untuk pemegang saham biasa sampai seluruh dividen preferen dibayarkan. Dengan kata lain, dividen tidak dapat dibayarkan kepada pemegang saham biasa sebelum pemegang saham preferen menerima seluruh hak atas dividen mereka.
Dividen belum terbayar tidak dianggap sebagai hutang. Tidak ada kewajiban untuk melakukan pembayaran sampai dividen diumumkan oleh dewan komisaris. Namun demikian, jumlah dividen yang harus dibayar wajib diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan. Dengan demikian, investor dapat menilai dampak potensial komitmen ini terhadap posisi keuangan perusahaan.
Perusahaan yang tidak memungkinkan untuk memenuhi kewajiban dividen dianggap sebagai informasi yang tidak menguntungkan bagi para investor. Seperti yang dikatakan oleh eksekutif keuangan saat membahas kegagalan sebuah perusahaan untuk membayarkan dividen preferen kumulatif dalam kurun waktu tertentu, “tidak bisa memenuhi kewajiban membayar dividen merupakan aib besar bagi perusahaan anda.”
Prioritas atas Likudasi
Kebanyakan saham preferen juga memiliki prioritas atas aset perusahaan jika perusahaan di likuidasi. Hal ini memberikan rasa aman bagi pemegang saham preferen. Hak atas aset dapat sebesar nilai nominal saham atau sejumlah nilai likuidasi tertentu. Saham preferen EarthLink memberikan pemegang saham untuk menerima $20,83 per lembar saham, ditambah utang dan dividen yang belum dibayar jika terjadi likuidasi yang tidak direncanakan. Hak prioritas dalam likuidasi memberikan klaim khusus bagi para kreditor dan pemegang saham preferen.

2.     MENYUSUN EKUITAS PEMEGANG  SAHAM
Dalam bagian ekuitas pemegang saham di neraca, modal disetor dan saldo laba akan dilaporkan. Sumber dana dari modal disetor akan dijelaskan secara khusus. Dalam modal disetor, terdapat 2 klasifikasi yang diakui:
1.      Modal Saham
Terdiri atas saham preferen dan saham biasa. Saham preferen akan disajikan sebelum saham biasa karena adanya hak prioritas yang dimiliki oleh pemegang saham preferen. Nilai nominal, jumlah saham dalam modal dasar, saham yang diterbitkan, dan saham yang beredar akan dilaporkan untuk setiap jenis saham.
2.      Tambahan Modal Disetor
Mencakup selisih antara jumlah yang dibayarkan dengan nilai nominal atau nilai yang dtetapkan dan modal disetor dari saham treasuri.

Contoh penyusunan ekuitas:
­­Connally Inc menerbitkan saham biasa sebesar 400.000, 100.000 saham yang belum diterbitkan (500.000 saham sebagai modal dasar dikurangi 400.000 saham diterbitkan), dan 390.000 saham yang beredar (400.000 saham diterbitkan dikurangi 10.000 saham treasuri). Pada laporan tahunan yang diumumkan, masing-masing sumber tambahan modal disetor sering kali digabungkan dan dilaporkan sebagai satu kesatuan jumlah. Selain itu, saham sebagai modal dasar sering kali tidak dilaporkan.
Dalam praktiknya, istilah “surplus modal” kadang digunakan untuk akun tambahan modal disetor dan “surplus laba” digunakan untuk akun saldo laba. Penggunaan istilah “surplus” menunjukkan selisih lebih atas jumlah dana yang tersedia. Namun hal ini tidaklah sesuai dengan kasus diatas. Oleh karena itu, istilah “surplus” seharusnya tidak digunakan dalam akuntansi. Sayangnya, sejumlah laporan keuangan masih menggunakan istilah tersebut.
Berikut adalah gambar bagian ekuitas pemegang saham:


Berikut adalah gambar ekuitas pemegang saham yang diumumkan:

3.     NILAI BUKU PER SAHAM
Selain nilai lembar per saham terdapat nilai buku per saham (book value per share). Ini menunujukkan ekuitas yang dimiliki pemegang saham biasa dalam aset bersih perusahaan dari kepemilikan setiap lembar saham. Ingatlah bahwa aset bersih perusahaan harus sama dengan total ekuitas. Sehingga rumus untuk menghitung nilai buku per saham ketika perusahaan hanya memiliki satu jenis yang beredar adalah:
Dengan demikian, jika Marlo Corporation memiliki total ekuitas pemegang saham sebesar $1.500.000 (saham biasa $1.000.000 dan saldo laba $500.000) dan 50.000 saham biasa yang beredar, maka nilai buku per saham adalah $30 ($1.500.000 ÷ 50.000).

Nilai Buku versus Nilai Pasar
Nilai buku per saham tidaklah sama dengan nilai pasar per saham. Secara umum, nilai buku didasarkan atas pencatatan biaya perolehan. Nilai pasar menunjukkan pertimbangan subjektif dari ribuan pemegang saham dan investor tentang potensi perusahaan untuk laba di masa mendatang dan dividen. Nilai pasar per saham dapat lebih tinggi dari nilai buku per saham, tetapi sesungguhnya hal ini tidak menunjukkan bahwa saham tersebut dinilai terlalu tinggi. Hubungan antara nilai buku dan rata-rata tahunan nilai pasar per saham sering kali tidak terlalu jelas, sebagaimana ditunjukkan oleh data berikut ini.

Nilai buku per saham akan berguna untuk menentukan tren jumlah per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham di perusahaan. Nilai ini juga sangat menentukan dalam banyak kontrak dan kasus di pengadilan saat hak individu diasarkan pada informasi biaya perolehan.












Kesimpulan
Jadi, perbedaan antara saham preferen dan saham biasa bisa kita lihat dari perolehan hak prioritasnya. Pemegang saham preferen lebih dahulu mendapatkan hak dividennya dibandingkan dengan pemegang saham biasa yang harus menunggu pemegang saham preferen menerima hak dividennya secara keseluruhan.
Kemudian menyusun ekuitas pemegang saham dapat dilakukan dengan menyetorkan modal saham lalu saldo laba akan dilaporkan, dan sumber dana khusus atas modal yg disetorkan harus dijelaskan. Jika perusahaan memiliki saham treasuri, maka biaya perolehan saham treasuri  menjadi pengurang dari total modal disetor dan saldo laba sehingga diperoleh total ekuitas pemegang saham.
Setelah itu dalam menghitung nilai buku diperlukan total ekuitas pemegang saham yang akan dibagi dengan jumlah saham biasa yang beredar sehingga menghasilkan nilai buku per saham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar