Rabu, 27 November 2013

RANGKUMAN PENGERTIAN MANAJEMEN




A.    DEFINISI MANAJEMEN
Manajemen dapat diartikan menjadi tiga pengertian:
1.      Manajemen sebagai suatu proses
Melihat bagaimana cara orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Pengertian manajemen sebagai suatu proses dapat dilihat dari pengertian menurut:
1)      Encyclopedia of The Social Science, yaitu suatu proses dimana pelaksanaan suatu tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi.
2)      Haiman, manajemen yaitu fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan orang lain, mengawasi usaha-usaha yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan.
3)      Georgy R. Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu melalui kegiatan orang lain.
2.      Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia
Merupakan suatu kumpulan dari orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kolektivitas atau kumpulan orang-orang inilah yang disebut dengan manajemen, sedang orang yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya suatu tujuan atau berjalannya aktivitas manajemen disebut manajer.
3.      Manajemen sebagai ilmu (science) dan sebagai seni (art)
Melihat bagaimana aktivitas manajemen dihubungkan dengan prinsip-prinsip dari manajemen. Pengertian manajemen sebagai suatu ilmu dan seni dari:
1)      Chaster I. Bernard, dalam bukunya yang berjudul “The Function of The Executive”, bahwa manajemen adalah seni dan ilmu.
2)      Marry Parker Follett menyatakan bahwa sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
B.     MANAJEMEN SEBAGAI ILMU DAN SEBAGAI SENI
·         Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan, karena telah dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori. Hal ini dikarenakan di dalamnya menjelaskan tentang gejala-gejala manajemen, gejala-gejala ini lalu diteliti dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam bentuk prinsip-prinsip yang diwujudkan dalam bentuk suatu teori.
·         Manajemen sebagai suatu seni, yaitu memandang bahwa di dalam mencapai suatu tujuan diperlukan kerja sama dengan orang lain. Kegiatan manusia pada umumnya adalah managing (mengatur), untuk mengatur di sini diperlukan suatu seni, bagaimana orang lain melakukan pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.

C.    MANAJEMEN SEBAGAI SUATU PROSES
Edgar H. Schein dalam bukunya yang berjudul “Organizational Socialization and The Profession of Management” menguraikan karakteristik atau kriteria-kriteria sesuatu bisa dijadikan suatu profesi, yaitu:
1)      Para profesional membuat keputusan atas dasar prinsip-prinsip umum yang berlaku dalam situasi dan lingkungan, hal ini banyak ditunjang dengan banyaknya pendidikan-pendidikan yang tujuannya mendidik siswanya menjadi seorang profesional. Misalnya Akademi Pendidikan Profesi Manajemen, kursus-kursus dan program-program latihan dan lain sebagainya.
2)      Para profesional memperoleh status dengan cara mencapai suatu standar prestasi kerja tertentu, ini tidak didasarkan pada keturunan, favoritas, suku bangsa, agama dan kriteria-kriteria lainnya.
3)      Para profesional harus ditentukan oleh suatu kode etik yang kuat.




D.    TINGKATAN MANAJEMEN DAN MANAJER
Bila dilihat dari tingkatan dalam organisasi, manajemen dibagi menjadi tiga golongan yang berbeda, yaitu :
1.      Manajemen Lini atau manajemen tingkat pertama, yaitu tingkatan yang paling rendah dalam suatu organisasi, di mana seorang yang bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain, misalnya mandor atau pengawas produksi dalam suatu pabrik, pengawas teknik suatu bagian riset dan lain sebagainya.
2.      Manajemen Tengah (Middle Manager) yaitu mencakup lebih dari satutingkatan di dalam organisasi. Manager menengah mengarahkan kegiatan manager lain, juga mengarahkan kegiatan-kegiatan yang melaksanakan kebijakan organisasi. Contohnya Kepala Bagian yang membawahi kepala seksi, kepala devisi dan lain sebagainya.
3.      Manajemen Puncak (Top Manager), terdiri atas kelompok yang relatif kecil, yang bertanggung jawab atas manajemen keseluruhan dari organisasi. Mereka menetapkan kebijaksanaan operasional dan membimbing hubungan organisasi dengan lingkungannya. Sebutan yang khas untuk manajemen puncak ini adalah Chief Executive Officer (Direktur Utama), Presiden dan Senior Vicepresident.
Bila dilihat dari perbedaan tingkat manajernya, yaitu :
1.      Top Manager
2.      Middle Manager
3.      Lower Manager

E.     FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
1.      Forecasting (ramalan) : kegiatan meramalkan, memproyeksikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi bila sesuatu dikerjakan.
2.      Planning (perencanaan) : penentuan serangkaian tindakan dan kegiatan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
3.      Organizing (organisasi) : pengelompokan kegiatan untuk mencapai tujuan, termasuk dalam hal ini penetapan susunan organisasi, tugas dan fungsinya.
4.      Staffing atau Assembling Resources (penyusunan personalia) : dimulai dari penarikan tenaga kerja baru, latihan dan pengembangan sampai dengan usaha agar setiap petugas memberi daya guna maksimal pada organisasi.
5.      Directing atau Commanding (pengarahan atau mengkomando) : usaha memberi bimbingan saran-saran dan perintah dalam pelaksanaan tugas masing-masing bawahan (delegasi wewenang) untuk dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
6.      Leading : pekerjaan manajer untuk meminta orang lain agar bertindak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
7.      Coordinating (koordinasi) : menyelaraskan tugas atau pekerjaan agar tidak terjadi kekacauan dan saling lempar tanggung jawab dengan jalan menghubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan.
8.      Motivating (motivasi) : pemberian semangat, inspirasi dan dorongan kepada bawahan agar mengerjakan kegiatan yang telah ditetapkan secara sukarela.
9.      Controlling (pengawasan) : penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan.
10.  Reporting (pelaporan) : penyampaian hasil kegiatan baik secara tertulis maupun lisan.

3        HAL PENTING MENGAPA MANAJEMEN DI PERLUKAN:
1.      Tujuan yang hendak di capai baik tujuan organisasi maupun pribadi
2.      Mengembangkan antar tujuan yang berbeda dan saling betentangan
3.      Mencapai efensiensi dan efektifitas


2        KONSEP UTAMA UNTUK MENGUKUR PRESTASI KERJA
1)      EFESIENSI: kemampuan menyelesaikan pekerjaan dengan benar
2)      EFEKTIFITAS: kemampuan guna memilih berbagai alternatif yang ada

SARANA-SARANA DALAM MANAJEMEN
a.       Man atau Manusia: planning, organizing, directing, controlling
b.      Money atau Uang: gaji pegawai, pembelian faktor produksi  dan sebagainya
c.       Material atau Bahan-bahan: mesin
d.      Methods atau Pelaksanaan: melakukan kegiatan secara berdaya guna
e.       Market atau Pasar: tempat bagi hasil produksi

KEGIATAN-KEGIATAN MANAJER DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT LUAR
a)      Mengadakan pengumuman-pengumuman
b)     Menyelenggarakan konferensi pers
c)      Menyelenggarakan pameran-pameran
d)     Mengadakan kontak dengan unsur-unsur pemerintah dan masyarakat
e)      Mengatur siaran-siaran melalui radio, televisi, dan bioskop
f)       Membuat analisa dari pendapatan umum
g)      Menerima kunjungan pihak luar ke perusahaan
h)     Memberikan bantuan ke masyarakat


TUGAS-TUGAS PENTING YANG DILAKSANAKAN MANEJER
1)      Bekerja dengan melalui orang lain
2)      Menyeimbangkan berbagai tujuan yang saling bertentangan dan menentukan prioritas
3)      Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan
4)      Berpikir secara analistis dan konseptual
5)      Sebagai mediator antar anggota
6)      Sebagai seorang politisi
7)      Sebagai seorang diplomat
8)      Manajer mengambil keputusan dalam pemecahan masalah

3 PERANAN MANAJER
1.      Peranan antar pribadi
a.       Sebagai pemuka simbolis
b.      Pemimpin
c.       Perantara
2.      Peranan informasional
a.       Monitoring
b.      Penerus informasi
c.       Perwakilan
3.      Peranan pembuatan keputusan
a.       Wiraswasta
b.      Penangkal kesulitan
c.       Pengalokasian sumberdaya
d.      Negotiator


KETERAMPILAN MANAJER
1)      Keterampilan Konsepsual
2)      Keterampilan Kemanusiaan
3)      Keterampilan Administrasi
4)      Keterampilan Tekhnik

Strategi Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi.

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.

Dalam memajukan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diperlukan strategi pertumbuhan ekonomi yang cocok bagi suatu Negara.

Oleh Karena itu dalam makalah ini kami akan membahas tentang Strategi Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi mengenai: Strategi minimum Kritis, Strategi pembangunan seimbang dan Strategi Pembangunan tidak seimbang.


B.     TUJUAN
Untuk memberikan informasi tentang Strategi Perumbuhan dan Pembangunan Ekonomi.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    STRATEGI UPAYA MINIMUM KRITIS
Harvey Leibenstein mengajukan tesis bahwa sebagian besar Negara Sedang Berkembang dicekam oleh lingkaran setan kemiskinan yang membuat mereka tetap berada pada tingkat keseimbangan pendapatan per kapita yang rendah. Jalan keluar dari masalah ini adalah dengan melakukan suatu upaya minimum kritis tertentu yang akan menaikan tingkat pendapatan per kapita yang berkesinambungan dan dapat dipertahankan.

Leibenstein mengatakan bahwa dalam tahap transisi dari keadaan keterbelakangan ke keadaan yang lebih maju di mana kita dapat mengharapkan pertumbuhan jangka panjang yang mantap di perlukan suatu kondisi bahwa suatu perekonomian harus mendapatkan rangsangan pertumbuhan yang lebih besar dari batas minimum kritis tertentu.

Menurut Leibenstein, setiap ekonomi akan tunduk pada hambatan dan rangsangan yang terjadi. Adanya hambatan akan menurunkan pendapatan per kapita dari tingkat sebelumnya sedangkan rangsangan cenderung akan meningkatkan pendapatan per kapita. Suatu Negara akan tetap berada pada keterbelakangan jika besarnya rangsangan lebih kecil daripada besar hambatan yang di hadapi. Hanya jika pada factor-faktor tertentu di nilai dapat meningkatkan pendapatan di berikan rangsangan yang lebih besar di bandingkan dengan hambatan yang mereka hadapi maka usaha minimum itu dapat tercapai sehingga perekonomian akan mencapai kemajuan.




a.      Pertumbuhan Penduduk Merupakan Fungsi dari Pendapatan Per Kapita
Tesis Leibenstein di dasarkan pada kenyataan bahwa laju pertumbuhan penduduk merupakan fungsi dari laju pendapatan per kapita. Laju pertumbuhan penduduk berkaitan erat dengan berbagai tahap pembangunan ekonomi. Mula-mula tingkat keseimbangan subsisten, laju pendapatan, kesuburan dan kematian sesuai dengan tingkat kelangsungan hidup penduduk. Jika pendapatan per kapita naik diatas posisi keseimbangan maka tingkat kematian akan menurun tanpa dibarengi penurunan tingkat kesuburan. Akibatnya, laju pertumbuhan penduduk meningkat. Jadi, kenaikan tingkat pendapatan per kapita cenderung menaikan laju pertumbuhan penduduk. Namun kecenderungan  ini hanya sampai pada titik tertentu, setelah melapaui titik tersebut, kenaikan pendapatan per kapita akan menurukan tingkat kesuburan dan ketika pembangunan sudah sampai pada tahap maju maka laju pertumbuhan penduduk akan menurun.

Argument Leibenstein tersebut didasarkan pada teks kapilaritas sosial nya Dumont, yang menyatakan bahwa kenaikan pendapat per kapita akan mengurangi keinginan untuk mempunyai banyak anak guna menunjang pendapatan orang tua. Spesialisasi yang semakin meningkat serta peningkatan pendapatan mobilitas ekonomi akan menimbulkan sebuah kenyataan bahwa mengurus  keluarga besar akan terasa lebih sulit dan mahal. Oleh karena itu laju pertumbuhan penduduk menjadi konstan dan kemudian secara perlahan akan mengalami penurunan, sebaliknya perekonomian akan mengalami kemajuan yang pesat menuju garis pembangunan berkesinambungan. Menurut leibenstein, laju pertumbuhan maksium penduduk secara biologis antara 3 sampai 4 persen.
index.jpg
Kurva N menggambarkan laju pendapatan per kapita sedangkan kurva P menggambarkan laju pertumbuhan penduduk pada setiap tingkat pendapatan perkapita. Bermula dari titik A yang mewakili titik keseimbangan subsisten. Jika pendapatan per kapita di naikan Yb, laju pertumbuhan penduduk dan laju pendapatan per kapita dua-duanya adalah 1%. Pada laju pendapatan per kapita Yc, laju pertumbuhan penduduk sebesar 2% lebih tinggi daripada laju pendapatan per kapita sebesar 1%. Oleh karena itu pendapatan per kapita harus dinaikan sedemikian rupa agar dapat meningkatkan pendapatan nasional yang lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk. Hal ini bisa tercapai pada tingkat Ye dimana laju pertumbuhan penduduk yang ditentukan secara biologis oleh leibenstein diasumsikan sebesar 3%. Dengan demikian Ye adalah tingkat pendapatn per kapita minimum kritis yang diperlukan untuk menggerakan pembangunan ekonomi yang berkesinambungan.





b.      Faktor-faktor Lain Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Pendapatan per Kapita
Selain pertumbuhan penduduk ada faktor lain yang memerlukan penerapan upaya minimum kritis yaitu :
1.      Skala disekonomis internal
Yang timbul akibat tidak dapat dibaginya faktor produksi.
2.      Skala disekonomis eksternal
Yang timbul akibat adanya ketergantungan eksternal, hambatan budaya dan kelembagaan yang ada di Negara Sedang Berkembang.

Untuk mengatasi kedua hal tersebut diperlukan upaya minimum kritis yang cukup besar. Namun upaya ini tidak dapat dilakukan pada tingkat pendapatan subsisten, karna pengeluaran pada tingkat pendapatan subsisten hanyalah sekedar untuk bertahan hidup dan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Jadi upaya minimum kritis itu harus lebih besar diatas tingkat pendapatan subsisten agar roda pembangunan ekonomi yang berkesinambungan dapat bergerak.

c.       Agen Pertumbuhan
Upaya minimum kritis dapat di lakukan jika ada dukungan dari kondisi ekonomi yang relavan terhadap kegiatan usaha, sehingga laju kekuatan pendorong berkembang lebih cepat daripada kekuatan penghambat pendapatan. Oleh karena itu di ciptakan pengembangan agen-agen pertumbuhan, agen-agen pertumbuhan tersebut merupakan anggota masyarakat yang melakukan kegiatan-kegiatan yang membantu pertumbuhan. Agen-agen tersebut adalah para pengusaha, investor, penabung, dan innovator. Kegiatan-kegiatan produktif tersebut di nilai mampu menghasilkan kewiraswastaan, peningkatan sumber daya pengetahuan, pengembangan keterampilan produktif masyarakat, serta peningkatan laju tabungan dan investasi.


d.      Rangsangan Pertumbuhan
Menurut Leibenstein, berhasil tidaknya agen pertumbuhan tergantung pada hasil yang diharapkan dari kegiatan tersebut. Leibenstein membedakan rangsangan pertumbuhan ke dalam dua jenis:
1.      Rangsangan zero-sum yang tidak meningkatkan pendapatan nasional tetapi hanya upaya distributive.
2.      Rangsangan positif-sum yang berarti terdapat upaya pengembangan pendapatan nasional.
Positif-sum dinilai mampu menghasilkan pembangunan ekonomi. Namun kondisi yang ada di NSB sering kali hanya mendorong pengusaha terlibat dalam kegiatan zero-sum. Kegiatan tersebut mencakup:
1.      Kegiatan bukan dagang untuk menjamin posisi monopolistic yang lebih besar, kekuatan politik, dan prestise sosial.
2.      Kegiatan dagang yang membawa ke posisi monopolistic yang lebih besar yang tidak menambah sumber-sumber agregat.
3.      Kegiatan spekulatif yang tidak memanfaatkan tabungan, dan tidak memanfaatkan sumber kewirausahaan yang langka.
4.      Kegiatan yang menggunakan tabungan neto, tetapi investasinya hanya mencakup bidang-bidang usaha yang nilai sosial nya nol atau lebih rendah daripada nilai privatnya.
Jadi, kegiatan zero-sum bukanlah kegiatan yang secara rill meciptakan pendapatan tetapi hanya sekedar pemindahan likuiditas dari satu orang ke orang lain. Oleh karena itu, upaya minimum kritis itu harus cukup besar agar tercipta iklim yang relevan bagi berlangsungnya rangsangan positive-sum.


Di dalam perekonomian terbelakang ada pengaruh tertentu yang bersifat anti perubahan, yang cenderung akan menekan pendapatan per kapita. Pengaruh-pengaruh tersebut antara lain :
1.      Kegiata zero-sum untuk mempertahankan hak-hak istimewa ekonomi yang ada melalui pembatasan peluang-peluang ekonomi yang memiliki potensi untuk berkembang
2.      Tindakan konservatif para buruh yang terorganisir maupun yang tidak terorganisir untuk menentang perubahan.
3.      Adanya berbagai macam upaya yang menentang gagasan dan pengetahuan baru karena gagasan lama sudah tertanam dihati mereka.
4.      Adanya kenaikan pengeluaran konsumsi atas barang-barang mewah yang dinilai kurang produktif apabila dibandngkan dengan pengeluaran untuk kegiatan akumulasi modal.
5.      Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja mempunyai pengaruh pada berkurangnya modal yang tersedia per tenaga kerja.
Untuk mengatasi semua kendala yang mengakibatkan suatu perekonomian berada dalam keadaan keterbelakangan, maka diperlukan upaya minimum kritis yang cukup besar untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi sehingga dapat memacu positif-sum dan menciptakan kekuatan untuk menandingi zero-sum. Sebagai hasil dari upaya minimum kritis itu, pendapata perkapita akan mengalami kenaikan sehingga tingkat tabungan dan investai akan terstimulasi. Perubahan-perubahan tersebut berdampak :
1.      Ekspansi agen pertumbuhan.
2.      Meningkatnya sumbangan mereka pada per unit modal.
3.      Semakin berkurangnya kekuatan dari faktor-faktor penghambat pertumbuhan.
4.      Penciptaan sebuah kondisi yang mampu meningkatkan mobilitas ekonomi dan sosial.
5.      Peningkatan spesialisasi, serta berkembangnya sector suknder dan tersier.
6.      Terciptanya iklim yang cocok bagi adanya perubahan, yang pada akhir nya perubahan tersebut dinilai bisa mengurangi laju pertumbuhan penduduk.

e.       Kritik Terhadap Teori Leibenstein
Di dalam kata pengatar bukunya, Leibenstein menuliskan bahwa tujuan dari analsisnya adalah memberikan penjelasan atau pemahan bukan memberikan resep. Tetapi tesis ini mampu menarik perhatian para ekonom dan perencana pembangunan di NSB. Meskipun demikian tesis ini tetap mengandung beberapa kelemahan yaitu :
Pertama, laju pertumbuhan penduduk berkaitan dengan tingkat kematian. Menurut Leibenstein laju pertumbuhan penduduk akan meningkat seiiring dengan peningkatan pendapatan per kapita jika telah mencapai titik tertentu. Namun jika melewati titik tertentu maka pertumbuhan penduduk akan menurun. Dengan adanya perbaikan pada kapasitas kesehatan, sarana dan prasarana di NSB merupakan faktor pendorong pertumbuhan dan menekan angka kematian. Dengan kata lain, pertumbuhan penduduk tidak semata-mata didorong oleh perubahan yang signifikan dari pendapatan per kapita.
Kedua, penurunan tingkat kelahiran bukan disebabkan oleh kenaikan pendapatan per kapita. Di sebagian besar NSB masalah penurunan tingkat kelahiran lebih disebabkan oleh aspek sosial-budaya dan bahkan persepsi intelektual dinilai mampu mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai jumlah anak yang ideal.
Ketiga, mengabaikan peran pemerintah dalam menekan tingkat kelahiran. Leibenstien mengabaikan peran pemerintah dalam menekan tingkat kelaharian. Padahal dibanyak Negara pemerintah secara proaktiv mengkampanyekan program gerakan keluarga kecil guna menekan angka kelahiran.


Keempat, mengabaikan unsur waktu. Strategi leibenstein cenderung mengabaikan unsur waktu dalam analisisnya. Unsur waktu diperlukan untuk mengetahui rentang waktu yang dibutuhkan antara aksi dan reaksi.
Kelima, menurut Myint, hubungan fungsional antara laju pendapatan per kapita dan laju pertumbuhan pendapatann total lebih kompleks dan tidak sederhana seperti yang ditunjukan Leibenstein. Ada dua argument yang mendasari pandangan tersebut. Pertama, hubungan pendapatan per kapita dengan laju tabungan dan investasi tergantung pada kinerja lembaga keuangan dalam mobilitas tabungan masyarakat. Kedua, hubungan antara investasi dan outpun yang dihasilkan tidak serta merta ditentukan oleh rasio modal seperti yang diasumsikan Leibenstein.
Keenam, strategi Leibenstein ini hanya akan relevan jika diterpakan pada perekonomian tertutup











B.     STRATEGI PEMBANGUNAN SEIMBANG
Pembangunan seimbang dapat di artikan sebagai pembangunan berbagai jenis industri secara berbarengan sehingga industri saling menciptakan pasar bagi yang lain. Singkatnya strategi pembangunan seimbang ini mengharuskan adanya pembangunan yang harmonis di berbagai sektor ekonomi sehingga keseluruhan sektor akan tumbuh bersama.

Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara sisi permintaan dan sisi penawaran. Sisi penawaran memberikan penekanan pada pembangunan serentak dari semua sektor yang saling berkaitan dan berfungsi meningkatkan penawaran barang yang meiputi pembangunan serentak yang harmonis dari barang setengah jadi, bahan baku, sumberdaya energy, pertanian, pengairan, transportasi serta semua industri yang memproduksi barang konsumen.
Sedangkan sisi permintaan berhubungan dengan penyediaan kesempatan kerja yang lebih besar dan penambahan pendapatan agar permintaan barang dan jasa dapat tumbuh. Sisi ini berkaitan dengan industri yang sifatnya saling melengkapi, seperti industri benang dan industri pewarna pakaian. Jika semua industri dibangun secara serentak maka jumlah tenaga kerja yang terserap akan menjadi sangat besar.

Strategi pembangunan seimbang ini dilaksanakan dengan maksud untuk menjaga agar proses pembangunan tidak menghadapi hambatan dalam:
1.      Memperoleh bahan baku, tenaga ahli, sumberdaya energy, dan fasilitas-fasilitas untuk mengangkut hasil produksi ke pasar.
2.      Memperoleh pasar untuk barang-barang yang telah dan akan di produksi.
Pembangunan seimbang ini dapat pula di definisikan sebagai usaha pembangunan yang bertujuan untuk mengatur investasi sehingga sepanjang proses pembangunan tidak akan ada hambatan yang berasal dari penawaran dan permintaan. Jika kita melakukan pembangunan  seimbang dan dana investasi jauh lebih besar dari dana investasi sebelumnya.
a.      Menurut Rosenstein-Rodan dan Nurkse
Istilah pembangunan seimbang itu di ciptakan oleh Nurkse (1956). Namun demikian teori ini pertama kali di kemukakan oleh Paul Rosenstein-Rodan (1953) dengan nama teori dorongan besar-besaran.

Inti dari tesis Rosenstein-Rodan adalah untuk menanggulangi hambatan pada pembangunan ekonomi di NSB dan untuk mendorong perekonomian tersebut kearah yang lebih maju di perlukan suatu dorongan besar-besaran atau suatu program yang menyeluruh yang mengacu pada sejumlah minimum investasi tertentu.
Adapun tujuan utama dari strategi ini adalah untuk menciptakan berbagai industri yang saling berkaitan erat satu sama lain sehingga setiap industry memperoleh eksternalitas ekonomi sebagai akibat dari proses industrialisasi seprti itu.
Menurut Rosenstein-Rodan adanya pembangunan  industri secara besar-besaran di nilai dapat menciptakan tiga jenis eksternalitas ekonomi, yaitu :
1.      Eksternalitas di akibatkan perluasan pasar
2.      Eksternalitas yang tercipta karena lokasi industry yang saling berdekatan dengan satu sama lain.
3.      Eksternalitas yang tecipta karena ada industry lain dalam perekonomian tersebut
Pendapat Nurkse tidak jauh berbeda dengan pendapat Rosenstein-Rodan. Dalam analisisnya Nurkse menekankan bahwa pembangunn ekonomi bukan hanya menghadapi masalah pada kelangkan modal, tetapi juga dalam mendapatkan pasar bagi barang-barang industry di kembangkan. Tingkat investasi yang rendah yang muncul sebagai akibat dari rendahnya daya beli masyarakat sedangkan rendahnya daya beli masyarakat di akibatkan oleh rendahnya pendapatan rill masyarakat dan rendahnya pendapatan rill masyarakat di akibatkan oleh rendahnya produktifitas. Fenomena tersebut yang kemudian di kenal dengan sebutan lingkaran setan kemiskinan.
Daya beli masyarakat pasar bagi barang-barang yang dihasilkan oleh sektor produktif. Oleh karena itu, jika daya beli masyarakat rendah akan menyebabkan pasar-pasar bagi sektor produktif menjadi terbatas. Kondisi ini menyebabkan para pengusaha dan investor enggan berinvestasi akibatnya perekonomian akan mengalami pertumbuhan yang lambat. Jadi, kesimpulannya bahwa dorongan untuk berinvestasi sering kali di batasi oleh pasar.
Pasar merupakan faktor penting yang akan membatasi investasi di sektor modern oleh karena itu, untuk menyusun kebijakan dan program pembangunan persoalan yang harus dipecahkan terlebih dahulu adalah bagaimana memperluas pasar domestik. Faktor yang dapat di jadikan acuan dalam menentukan luas pasar adalah tingkat produktivitas. Oleh karena itu, satu-satunya jalan keluar dari kebuntuan ini adalah dengan mensinkronkan penggunaan modal pada berbagai macam jajaran industri.
NSB perlu melaksanakan program pembangunan seimbang, dengan jalan pada waktu yang bersamaan dilakukan investasi diberbagai industri yang berkaitan erat satu sama lain. Dengan cara inilah pasar dapat diperluas, karena kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat dinilai mampu menciptakan  permintaan akan barang-barang industri yang dihasilkan. Pembangunan suatu industri dinilai akan mampu menciptakan pasar bagi industri lain, semakin banyak industri yang dibangun semakin luas juga pasar industri tersebut sehingga memungkin kan penggunaan modal secara lebih efisien dan intensif. Dengan demikian pembangunan seimbang akan menjadi perangsang untuk memperluas permintaan akan modal dan untuk melakukan investasi yang lebih banyak.
Selain itu keseimbangan juga diperlukan antara sektor dalam negri dan sektor luar negri. Penerimaan atas ekspor merupakan sumber penting untuk membiayai pembangunan, sedangkan industri dalam negri juga memerlukan tambahan impor bahan baku untuk memenuhi kebutuhan kapasitas produksi mereka. Strategi pembangunan seimbang merupakan pondasi kuat untuk perdagangan internasional. Dengan semangkin meningkatnya produksi dalam negeri, pasar dalam negeri dan pasar luar negeri atas produk tersebut pun semakin meluas. Dengan demikian tingkat kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat pun meningkat.

b.      Menurut Scitovsky dan Lewis
Hirschman mengelompokkan Scitovsky dan Lewis sebagai pencetus strategi pembangunan seimbang pada sisi penawaran, sedangkan Rosentein-Rodan menenkankan pada sisi permintaan.

Scitovsky menyebutkan adanya dua konsep eksternalitas ekonomi dan manfaat yang diperoleh di suatu industri dari adanya dua macam eksternalitas ekonomi yang ada dalam perekonomian tersebut.

Dalam teori keseimbangan, eksternalitas ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan efisiensi yang terjadi pada suatu industri sebagai akibat dari adanya perbaikan teknologi pada industri lain. Keuntungan pada suatu perusahaan bukan saja tergantung pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan tingkat produksi perusahaan tersebut, tetapi juga tergantung pada penggunaan faktor-faktor produksi dan tingkat produksi perusahaan lainnya terutama perusahaan-perusahaan yang erat kaitannya dengan perusahaan tersebut.
Mekanisme terciptanya eksternalitas ekonomi tersebut dijelaskan Scitovsky dengan contoh berikut. Jika investasi baru dilakukan untuk suatu industri, maka kapasitasnya akan bertambah. Hal ini dapat menurunkan biaya produksi industri tersebut sehingga mendorong kenaikan harga input yang digunakan. Penurunan biaya produksi tersebut akan menurukan haga jual produk industri tersebut, dan hal ini akan menguntungkan bagi industri-industri yang menggunakan produk dari industri tersebut. Sedangkan kenaikan harga inputnya akan memberikan keuntungan bagi industri yang menghasilkan input tersebut.

Misalnya industri X melakukan investasi untuk memperluas kegiatannya, maka tindakan tersebut akan menguntungkan beberapa jenis perusahaan. Jenis-jenis perusahaan memperoleh eksternalitas ekonomi keuangan dari industri X adalah :
1.      Perusahaan-perusahaan yang akan menggunakan produksi X sebagai bahan mentah industri mereka, karena harga nya lebih murah
2.      Industri-industri yang menghasilkan bahan mentah bagi industri X, karena permintaan dan mungkin harga nya akan naik
3.      Industri-industri yang menghasilkan barang komplementer untuk barang yang diproduksi industri X, karena dengan naiknya produksi dan penggunaan hasil industri X maka jumlah permintaan akan barang-barang komplementer tersebut bertambah
4.      Industri-industri yang menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang mengalami pertambah pendapatan
5.      Industri-industri yang menghasilkan barang substitusi bahan entah yang digunakan oleh industri X.
Berdasarkan gambaran diatas, Scitovsky menyimpulkan bahwa integrasi secara menyeluruh antara berbagai industri diperlukan untuk menghapus perbedaan antara keuntungan perorangan dengan keuntungan masyarakat. Scitovsky memandang bahwa mekanisme pasar tidak dapat mengintegrasikan antarberbagai industri yang sifat nya demikian, karena mekanisme pasar berperan untuk meciptakan efisensi alokasi sumberdaya dalam jangka pendek. Oleh karena itu, Scitovsky setuju dengan pandangan Rosentein-Rodan yang menyatakan tentang perlunya program pembangunan industri secara besar-besaran dan menciptakan suatu pusat perencanaan penanaman modal untuk melengkapi fungsi mekanisme pasar dalam mengatur alokasi sumberdaya-sumberdaya.
Sementara itu, dalam analisisnya Lewis menekankan tentang perlunya pembangunan seimbang yang didasarkan pada keuntungan yang akan diterima dari adanya saling ketergantungan antara berbagai sektor, yaitu antara sektor pertanian dan sektor industri, serta antara sektor dalam negeri dan sektor luar negeri.
Menurut lewis, akan timbul banyak masalah jika pembangunan hanya dipusatkan pada satu sektor saja, tanpa adanya keseimbangan dari sektor lain sehingga akan menimbulkan ketidakstabilan dan gangguan terhadap proses kegiatan ekonomi sehingga proses pembangunan terhambat.
Lewis memberikan gambaran di bawah ini tentang betapa pentingnya pembangunan yang seimbang antara sektor industri dan sektor pertanian. Misalkan disektor pertanian ada inovasi teknologi produksi bahan pangan untuk kebutuhan domestik, implikasi yang mungkin terjadi adalah :
1.      Terdapat surplus disektor pertanian yang dapat dijual di sektor non pertanian
2.      Produksi tidak bertambah berati tenaga kerja menjadi sedikit dan jumlah pengangguran bertambah tinggi.
3.      Kombinasi dari kedua keadaan tersebut.

Jika sektor industri mengalami perkembangan pesat, maka sektor tersebut akan dapat menyerap kelebihan produksi bahan pangan dan tenaga kerja. Namun tanpa adanya perkembangan di sektor industri maka nilai tukar sektor pertanian akan memburuk sebagai akibat dari kelebihan tenaga kerja, dan akan menimbulkan depresif terhadap pendapatan di sektor pertanian. Oleh karena itu di sektor pertanian tidak perlu lagi ada perangsangan untuk mengadakan investasi baru dan melakukan inovasi.
Di sisi lain jika pembangunan difouskan hanya pada sektor industrialisasi dan mengabaikan sektor pertanian, hal tersebut akan memicu permasalahan baru yang pada akhirnya akan menghambat proses pembangunan ekonomi. Masalah kelangkaan produk pertanian terjadi, akibatnya kenaikan atas produk-produk pertanian pun menjadi jawabannya. Kondisi ini akan mendorong terjadinya inflasi.
Akhirnya, jika sektor pertanian tidak berkembang, maka sektor industri juga tidak dapat berkembang, dan keuntungan sektor industri hanya sebagian kecil saja dari pendapatan nasional. Oleh karena itu tabungan dan tingkat investasi pun akan rendah. Maka Lewis menyimpulkan bahwa pembangunan haruslah dilakukan secara berbarengan di kedua sektor tersebut.
Kemudian Lewis menunjukan pula pentingnya pembangunan yang seimbang antara sektor produksi barang-barang untuk kebutuhan domestic dan untuk kebutuhan luar negeri (ekspor)
Fungsi ekspor lainnya adalah untuk mengatasi masalah keterbatasan pasar domestik. Pengembangan sektor ekspor tidak lah serumit pengembangan sektor pertanian dan industri yang mengahasilkan barang-barang kebutuhan domestik. Sektor ekspor merupakan satu-satunya sektor yang berkembang sendiri tanpa bantuan sektor lain. Hal ini merupakan faktor penting bagi pembanguan ekonomi di Negara-negara sedang berkembang pada masa penjajahan terutama bersumber dari perluasan kegiatan ekspor.
Perkembangan ekspor akan merangsang perkembangan sektor domistik karena :
1.      Berbagai fasilitas yang digunakan untuk memperlancar kegiatan ekspor seperti system komunikasi, transportasi, dan sebagainya dapat digunakan oleh sektor domestik.
2.      Dengan menarik tenaga kerja dari sektor domestik, maka sektor ekspor akan mendorong sektor domestic untuk menciptakan inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas.
Akhirnya, sektor ekspor dapat pula memperluas pembangunan ekonomi karena memungkinkan perkembangan impor. Perkembangan impor ini akan memperbesar jumlah jenis barang-barang dalam masyarakat.
Dari sudut ekspor itu sendri, kelemahannya pada nilai tukar yang kurang menguntungkan. Walaupun sektor ekspor ini berkembang pesat tetapi hanya menciptakan pertambahan pendapatan yang sangat terbatas bagi masyarakat. Dan walaupun produktivitas produksi meningkat, tetapi keuntungan dari kemajuan tersebut tidak dinikmati oleh para pekerja, tetapi oleh pemakai barang-barang dari Negara maju yang meperoleh barang-barang dengan harga yang murah.
Berdasarkan uraia diatas Lewis menarik kesimpulan lewis menekankan tentang perlunya pembangunan seimbang di berbagai sektor pertanian dan industri serta antara kegiatan produksi barang untuk domestic dan kebutuhan luar negeri sehingga pembangunan ekonomi berjalan lancar.



c.       Kritik Terhadap Teori Pembangunan Seimbang
Banyak ekonom yang mengkritk strategi pembangunan seimbang, antara lain Hirschman, streeten, dan singer. Hirscham dapat dianggap pengkritik yang paling baik, karena selain menunjukan kelemahan-kelemahan dia juga mengemukakan teorinya yaitu strategi pembangunan tidak seimbang.
Berikut merukan kritik dari para pakar ekonomi pembangunan yaitu :
Menurut Hirschman strategi pembangunan seimbang telah gagal sebagai teori pembangunan. Pembangunan seharusnya sebagai suatu proses perubahan dari satu tipe ekonomi ke tipe ekonomi lainnya yang lebih maju. Namun strategi pembangunan lebih kepada permapasan hak industri lama oleh industri baru. Sementara itu Menurut Hirschman NSB tidak dapat melakukan pembangunan yang serentak di berbagai sektor mengingat segala keterbatasan yang mereka miliki. NSB dihadapkan pada kelangkaan sumberdaya modal, dan belum terutilitasnya SDM dan SDA yang mereka miliki.
Singer menyatakan berpikir besar adalah nasihat yang logi bagi NSB, tetapi bertindak besar adalah nasihat yang keliru jika hal itu memaksa mereka bertindak diluar batas kemampuan dan sumberdaya yang mereka miliki.
Nurkse menggambarkan strategi pembangunan seimbang tanpa adanya perencanaan. Padahal, investasi secara serentak pada berbagai sektor memerlukan perencanaan dan koordinasi oleh pemerintah.








C.    STRATEGI PEMBANGUNAN TAK SEIMBANG
Teori pembangunan tak seimbang ini dikemukakan oleh Hirschman dan Streeten. Pada dasarnya, pembangunan tak seimbang adalah pola pembangunan yang lebih bertujuan untuk mempercepat proses pembangunan di NSB. Pola pembangunan tidak seimbang ini didasarkan pada :
1.      Secara historis, proses pembangunan ekonomi yang terjadi mempunyai corak pembangunan tidak seimbang.
2.      Untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya yang tersedia
3.      Pembangunan tidak seimbang akan berpotensi menimbulkan kemacetan atau gangguan-gangguan dalam proses pembangunan, tetapi hal tersebut dinalai dapat menjadi pendorong untuk pembangunan selanjutnya.
Menurut Hirschman, jika kita mengamati proses pembangunan yang terjadi antara dua periode waktu, maka akan tampak begitu nyata bahwa berbagai sektor ekonomi telah mengalami perkembangan dengan laju yang berbeda. Hal tersebut menunjukan bahwa pembangunan akan lebih baik jika dijalankan dengan tidak seimbang.
Pembangunan tidak seimbang ini juga dapat dianggap lebih sesuai untuk dilaksanakan di NSB karena Negara-negara tersebut mengalami kelangkaan sumberdaya.
a.      Pembangunan tidak seimbang antara sektor prasarana dan sektor produktif
Permasalahan yang dianalisis Hirschman dalam strategi pembangunan tidak seimbang adalah bagaimana cara menentukan proyek pembangunan yang harus didahulukan berdasarkan suatu perioritas tertentu. Argument yang medasari pemikiran tersebut adalah karena proyek-proyek tersebut membutuhkan modal dan sumberdaya yang tidak sedikit, kadang seringkalai melebihi modal dan sumberdaya yang tersedia. Untuk itu  agar penggunaan sumberdaya dapat optimal maka diperlukan pengalokasian sumberdaya yang efektif dan efisien.
Cara pengalokasian sumberdaya tersebut dibedakan menjadi dua:
1.      Cara pilihan pengganti
Suatu cara pemilihan proyek yang bertujuan untuk menentukan apakah proyek A atau proyek B yang harus dilaksanakan
2.      Cara pilihan penundaan
Cara pemilihan proyek yang menentukan urutan proyek dengan menentukan apakah proyek A atau proyek B yang harus didahulukan

Berdasarkan prinsip pemilihan proyek diatas, Hirschman menganalisis masalah alokasi sumberdaya antara sektor prasarana dengan sektor produktif yang dapat langsung menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat. Ada tiga macam pendekatan untuk mengembangkan sektor prasarana dan sektor produktif, yaitu :
1.      Pembangunan seimbang antara kedua sektor tersebut
2.      Pembangunan tidak seimbang di mana pembangunan sektor prasarana lebih ditekankan
3.      Pembangunan tidak seimbang di mana sektor produktif lebih ditekankan







Strategi Pembangunan Tak Seimbang
images.jpg
Hirschaman menggunakan gambar diatas untuk memilih pendekatan yang sesuai untuk pembangunan di NSB.
Kurva a,b,c,d masing-masing merupakan tingkat produksi yang dicapai dengan sejumlah investasi tertentu jika modal tersebut digunakan secara penuh.
OX menunjukan jumlah prasarana (SOC) dan OY menunjukan keseluruhan biaya produksi yang dikeluakan oleh sektor DPA serta garis OZ merupakan jalur pembangunan seimbang.
Menurut Hirschman kegiatan ekonomi akan mencapai skala efisiensi yang optimal jika telah tercapai dua kondisi :
1.      Setiap sumberdaya telah dialokasikan secara optimal pada kedua sektor, sehingga dengan sejumlah sumberdaya tersebut dapat dicapai produksi yang maksimum
2.      Untuk suatu produksi tertentu hanya diperlukan sejumlah sumberdaya pada tingkat minimal pada kedua sektor.



Ada dua pilihan orientasi kebijakan dalam alokasi investasi, yaitu :
1.      Orientasi kebijakan yang mendahulukan perkembangan DPA dan kemudian baru diikuti oleh SOC. Pendekatan tersebut ditunjukan oleh AB1, BC1, CD1. Pendekatan tersebut dinamakan Pembangunan Melalui Kekurangan
2.      Orientasi kebijakan yang mendahulukan pembangunan prasarana dan baru diikuti pembangunan sektor produktif. Pendekatan tersebut ditunjukan oleh AA1, BB1, CC1 dan pendekatan tersebut dinamakan Pembangunan Melalui Kapasitas Berlebih.
Dari kedua orientasi tersebut manakah yang sebaiknya dilaksanakan oleh NSB ? Menurut Hirschman, yang harus dilakukan adalah urutan pembangunan yang akan menjamin pembangunan selanjutnya yang maksimum.
Di sebagian besar NSB, program pembangunan seringkali ditekankan pada pembangunan prasarana untuk mempercepat pembangunan di sektor produktif. Hirschman tidak sependapat dengan hal tersebut. Menurut Hirscham dalam keadaan motivasi masyarakat yang sangat terbatas, maka lebih baik menggunakan orientasi pembanunan melalu kekurangan daripada pembangunan melalui kapasitas berlebih. Dengan kata lain setiap Negara atau Daerah dengan dengan jumlah pengusaha yang terbatas, orientasi yang sesuai adalah dengan mendahulukan pembangunan sektor produktif agar tidak terjadi pemborosan penggunaan prasarana.





b.      Pembangunan Tak Seimbang dalam Sektor Produktif
Menurut Hirschman, di dalam sektor produktif ada dua pendorong yang tercipta akibat adanya hubungan antara berbagai industri yang menyediakan barang-barang yang digunakan sebagai bahan baku industri lain adalah :
1.      Pengaruh keterkaitan kebelakang
Dimana ada rangsangan dari pembangunan suatu industri terhadap perkembangan industri yang menyediakan bahan baku bagi industri tersebut.
2.      Pengaruh keterkaitan kedepan
Dimana ada rangsangan dari pembangunan suatu industri terhadap pembangunan industri yang menggunakan produksi industri yang pertama sebagai bahan baku mereka.

Menurut Hirschman, ada dua jenis Industri yang memeiliki keterkaitan antarindustri nya, yaitu :
1.      Industri Satelit
Indistri ban mobil dan karoseri merupakan industri satelit dari industri mobil
2.      Industri non-satelit
Industri mobil tidak memiliki kaitannya sama sekali dengan industri minuman ringan

Berikut ini adalah beberapa karakteristik industri satelit yaitu :
1.      Lokasinya berdekatan dengan industri utama sehingga akan dicapai satu skala efisiensi tertentu atas interaksi antarmereka
2.      Industri-industri tersebut menggunakan input utama yang berasal dari produk industri induk (utama) atau industri tersebut menghasilkan produk yang merupkan input dari industri induk, tetapi bukan merupakan input utama
3.      Besarnya idustri satelit tidak akan melebihi industri induknya
Kedua jenis industri tersebut dapat dirangsang karena adanya kaitan kedepan maupun kebelakang. Apabila pembangunan industri mobil mendorong perkembangan industri ban mobil, hal ini merupaka pengaruh keterkaitan kebelakang. Sedangkan jika industri mobil mendorong perkembangan industri karoseri, hal ini merupakan pengaruh keterkaitan ke depan.
Berdasarkan pola keterkaitan tersebut Hirschman membedakan industri kedalam beberapa kelompok yaitu :
1.      Industri barang setengah jadi
2.      Industri barang setengah jadi sektor primer
3.      Industri barang jadi
4.      Industri barang jadi sektor primer
Sektor industri barang setengah jadi mempunyai kemampuan yang lebih tinggi utnuk merangsang pengembangan investasi disektor industri lain jika dibandingkan dengan sektor industri barang akhir.
Pada tahap awal pembangunan ekonomi sebaiknya sektor industri yang menghasilkan barang jadi yang dikembangkan terlebih dahulu. Industri tersebut disebut industri barang konsumsi.
Menurut Hirschman industri barang konsumsi dibagi menjadi dua kelompok :
1.      Industri yang memproses produk-produk industri primer dalam negeri atau yang diimpor menjadi barang jadi
2.      Industri yang memproses barang setengah jadi menjadi barang jadi



Akhirnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut pandangan Hirschman proses pembangunan industrialisasi yang ideal adalah sebagai berikut :
1.      Tahap perkembangan industri barang konsumsi
2.      Tahap perkembangan industri barang setengah jadi
3.      Tahap perkembangan industri barang modal

c.       Kritik Terhadap Strategi Pembangunan Tidak Seimbang
Hirschman dapat dikatakan sebagai pendukung system ekonomi campuran. Namun konsep perkembangan ini tidak luput dari beberapa keterbatasan.
Pertama, dalam konsep ini kurangnya perhatian pada komposis, arah dan waktu pertumbuhan tidak seimbang.
Kedua, konsep ini cenderung mengabaikan konflik internal yang akan mucul kepermukaan.
Ketiga, permasalahan mendasar yang dihadapi NSB adalah kurangnya sumberdaya yang dimiliki NSB seperti, terbatasnya tenaga teknis, bahan baku, dan fasilitas dasar seperti transportasi, bahkan luas pasar produk yang masih sempit.
Keempat, rendahnya mobilitas sumberdaya di NSB karena sangatlah sulit bagi NSB untuk memindahkan sumberdaya dari satu sektor ke sektor lainnya
Kelima, adanya ancaman inflasi bagi NSB yang disebabkan oleh sebagian besar pemerintah NSB belum mampu mempergunakan instrument moneter dan fiskal secara efektif. Karna jika investasi dalam dosis besar disuntikan kebeberapa sektor strategis dalam perekonomian, maka akan terjadi kenaikan pendapatan diikuti dengan meningkatnya permintaan barang konsumsi. Hal tersebut akan memicu timbul nya inflasi pada tingkat harga. Inflasi akan begitu sulit dikendalikan oleh NSB.
Keenam, terlalu banyak penekanan pada investasi dibandingkan dengan keputusan penting lainnya yang mendasar bagi pembangunan. NSB tidak hanya memerlukan keputusan investasi tetapi juga keputusan-keputusan administrative, manajemen, dan kebijakan public.


















PROSPEK PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2013


Friday, 18 January 2013
Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan kinerja yang cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi oleh berbagai ketidak-pastian, seperti prospek pemulihan ekonomi di kawasan Eropa (terutama di negara yang mengalami krisis hutang, yaitu Yunani, Italia, Irlandia, Potugal dan Spanyol) dan ancaman jurang fiskal (fiscal cliff) di AS akibat perbedaan sudut pandang dan kepentingan antara Pemerintahan Barrack Obama (Partai Demokrat) dengan Konggres yang didominasi oleh Partai Republik, terkait strategi kebijakan untuk meningkatkan penerimaan negara dari pajak, efisiensi pengeluaran negara terutama pengurangan pengeluaran untuk perlindungan sosial, serta batasan hutang dan defisit anggaran pemerintah AS. Krisis tersebut turut berimbas pada penurunan permintaan eksternal dan perlambatan aktivitas perekonomian di Asia, termasuk China dan India.
Data BPS menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2012 bila dibandingkan triwulan III-2011 tercatat sebesar 6,17% (yoy) dan secara kumulatif mencapai sebesar 6,29% bila dibandingkan periode yang sama tahun 2011 (ctc). Besaran PDB atas dasar harga berlaku secara kumulatif pada triwulan III-2012 mencapai sebesar Rp. 6.151,6 trilyun. Bank Indonesia memperkirakan bahwa pertumbuhan pada triwulan IV-2012 akan mencapai 6,2%, sehingga pertumbuhan untuk keseluruhan tahun 2012 akan mencapai sekitar 6,3%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan trend yang terus meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak triwulan II-2012 merupakan pertumbuhan terbesar kedua di Dunia setelah China yang meskipun mencatat angka 7,7% namun trendnya menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (Firmanzah, 2012). Dengan demikian tingkat pertumbuhan Indonesia kembali berada di atas rata-rata tingkat pertumbuhan dunia yang pada tahun 2012 diprediksi sebesar 3,5%.

Sebagaimana terlihat dalam Grafik dan Tabel I, dalam 10 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat stabil di kisaran 5,5% ± 1% dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 6,11%. Sejak tahun 2007 hingga 2012, tingkat pertumbuhan hampir selalu di atas 6% dengan pengecualian tahun 2009 (4,6%) sejalan dengan krisis ekonomi global akibat kegagalan sektor kredit properti (subprime mortgage crises) dimana sebagian besar negara bahkan mengalami pertumbuhan minus. Trend tersebut berbeda bila dibandingkan dengan Singapura yang memiliki tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 6,55%, namun fluktuasinya sangat tinggi mulai dari 14,7% (2010) setelah mengalami kontraksi -1,3% (2009). Demikian pula halnya dengan Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam yang tidak lepas dari imbas krisis global tahun 2009, sehingga turut mengalami pertumbuhan yang minus. Pertumbuhan ekonomi Vietnam memang menunjukkan tingkat yang selalu lebih tinggi dibandingkan Indonesia dari periode 2002 hingga 2010, namun terlihat mulai mengalami overheating dan melambat pertumbuhannya. Sedangkan Myammar dengan skala perekonomiannya yang masih terbatas dapat mencapai pertumbuhan di atas 10% (double digit) pada periode 2002 hingga 2007 dan di masa mendatang berpotensi untuk terus tumbuh sejalan dengan reformasi dan keterbukaan politik yang ditempuh oleh Pemerintah Myammar.







Grafik dan Tabel I : Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN, China dan India (2002-2012)  
011813grafik1tabel1.jpg
Ketahanan ekonomi Indonesia terhadap imbas krisis keuangan global tidak terlepas dari karakteristik ekonomi nasional yang ditopang oleh konsumsi domestik dan pembentukan modal tetap bruto (investasi). Hingga triwulan III-2012 seperti terlihat dalam Tabel II, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia didominasi oleh pengeluaran Konsumsi Masyarakat (54,79%), diikuti oleh PMTB (37,58%), pengeluaran Pemerintah (8,24%). Tekanan pelemahan ekonomi global berimbas pada penurunan harga komoditas (seperti batubara, nikel, tembaga dan CPO) dan pengurangan permintaan dari negara tujuan ekspor, telah menyebabkan melambatnya kinerja ekspor nasional dan terjadi defisit ekspor terhadap impor sebesar -0,61% dari PDB. Meskipun kinerja ekspor secara nominal terus meningkat (23,1% dari PDB), namun kebutuhan impor barang modal dan bahan baku/antara untuk kebutuhan produksi yang terus meningkat (23,7% dari PDB) telah menyebabkan neraca perdagangan mengalami defisit (minus).

Tabel II : Produk Domestik Regional Bruto Indonesia (2010-2012)
011813tabel2.jpg
Kinerja perekonomian pada triwulan III-2012 meningkat 3,21% dibandingkan triwulan sebelumnya (II-2012), yang berarti lebih besar dibandingkan peningkatan pada triwulan II-2012 terhadap triwulan I-2012 sebesar 2,80% (qtq). Komponen PMTB tumbuh sebesar 2,94% (qtq), diikuti Konsumsi Masyarakat sebesar 2,71%.Sedangkan komponen pengeluaran yang mengalami penurunan adalah Pengeluaran Pemerintah (-0,07%), Ekspor (-0,21%) serta Impor (-8,36%). Apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2011, laju pertumbuhan komponen pengeluaran PMTB mencapai 10,02% dan komponen konsumsi masyarakat mencapai 5,68%.
Dari sisi lapangan usaha, seluruh sektor perekonomian Indonesia pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq). Pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor Pertanian (6,15%), sektor Pengangkutan dan Transportasi (4,20%), sektor Industri (3,99%), dan sektor Konstruksi (3,79%). Sedangkan jika dibandingkan dengan periode triwulan yang sama tahun 2011 (yoy), maka terdapat 5 sektor yang memiliki pertumbuhan melebihi angka pertumbuhan PDB (6,17%), terutama sektor-sektor yang padat modal, seperti: sektor Pengangkutan dan Komunikasi (10,48%), sektor Konstruksi (7,98%), sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan (7,41%), sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (6,91%). Sedangkan sektor yang berpotensi padat karya yang dapat tumbuh di atas pertumbuhan PDB hanyalah sektor Industri (6,36%). Di sisi lain sektor Pertambangan yang padat karya menjadi satu-satunya sektor yang mengalami pertumbuhan minus (-0.09%) akibat dampak dari penurunan permintaan global.
Stabilitas perekonomian nasional sepanjang tahun 2012 tercermin pula dari tingkat inflasi yang mencapai 4,3%, atau sedikit di atas tingkat inflasi 2011 (3,8%). Tingkat inflasi yang stabil di koridor target Pemerintah dan BI (4,5% ± 1%) didukung oleh inflasi kelompok volatile foods yang rendah dan inflasi inti yang terkendali dengan rendahnya imported inflation sejalan dengan penurunan harga komoditas pangan dan energi global. Meskipun ekspektasi inflasi sempat berfluktuasi akibat wacana kenaikan BBM pada semester awal tahun 2012, namun administered prices tetap terkendali seiring dengan tidak adanya kebijakan kenaikan BBM.


Grafik II : Tingkat Inflasi Indonesia (2008-2012)
011813grafik2.jpg
POTENSI DAN PROSPEK PEREKONOMIAN INDONESIA
Bercermin dari kinerja perekonomian nasional tahun 2012 dengan ketahanan dan kesinambungan pertumbuhan di tengah perekonomian global yang masih belum menentu, maka perekonomian nasional tahun 2013 memiliki potensi besar untuk terus tumbuh dan mencapai target makro ekonomi, seperti tingkat pertumbuhan sebesar 6,8% dan tingkat inflasi sebesar 4,9%. Kekuatan pasar domestik dan arus investasi yang semakin meningkat seiring dengan pengakuan rating investment gradeoleh lembaga pemeringkat internasional seperti S&P, Moody dan Fitch, merupakan modal utama pertumbuhan.

Prospek Indonesia sebagai negara dengan perekonomian nomor 16 di dunia, nomor 4 di Asia setelah China, Jepang dan India, serta terbesar di Asia Tenggara, semakin menjanjikan dengan melimpahnya sumber daya alam, pertumbuhan konsumsi swasta dan iklim investasi yang kondusif. Namun ke depan masih terdapat tantangan besar untuk meningkatkan daya saing (competitiveness) yang saat ini berada pada peringkat 50 dari 144 negara, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan infrastruktur, kesehatan dan pendidikan, efisiensi pasar tenaga kerja, penguasaan teknologi dan inovasi, serta kelembagaan.
Peningkatan pendapatan per kapita menjadi US$ 3.660 membuat Indonesia masuk ke dalam kategori negara berpendapatan menengah, dimana pertumbuhan ekonominya tidak lagi dapat bergantung kepada sumber daya alam dan alokasi tenaga kerja murah (resources and low cost-driven growth) namun harus mampu menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dengan memanfaatkan modal fisik dan sumber daya manusia terampil (productivity-driven growth), agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak stagnan dan terhindar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap). Melalui program MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) yang telah berjalan sejak tahun 2011, Pemerintah terus mempercepat pengembanganberbagai program pembangunan untuk mendorong peningkatan nilai tambah sektor-sektor unggulan ekonomi, pembangunan infrastruktur danenergi, serta pembangunan SDM dan Iptek. Selain itu Pemerintah juga mendorong perluasan pembangunan ekonomi Indonesia agar efek positif dari pembangunan ekonomi Indonesia dapat dirasakan di semua daerah dan oleh seluruh komponen masyarakat. Diproyeksikan investasi yang dialokasikan untuk kegiatan proyek MP3EI pada tahun 2013akan berjumlah Rp. 545,53 trilyun untuk 82 proyek infrastuktur dan 64 proyek di sektor riil yang menyebar di semua 6 koridor ekonomi, dengan porsi terbesar di koridor Papua - Maluku (37,5%) dan koridor Jawa (21,22%).


Tabel III : Tingkat Perekonomian dan Pendapatan Per Kapita di ASEAN(2010-2012)
011813tabel3.jpg
Berlarut-larutnya penyelesaian pemulihan krisis ekonomi di kawasan Eropa dan AS masih akan menghambat ekspansi pertumbuhan ekspor. Pelemahan nilai tukar rupiah yang semakin berlanjut pada awal tahun 2013 hingga mendekati Rp.10.000/US$ di satu sisi membuat harga produk ekspor Indonesia bertambah kompetitif dan di sisi lain dapat menahan pembelian domestik terhadap produk impor yang harganya semakin tinggi. Namun nilai tukar rupiah harus dijaga agar tidak menembus angka psikologis tersebut mengingat kondisi perekonomian ke depan masih dibayang-bayangi dengan ancaman kenaikan harga minyak dunia.
Beban alokasi subsidi energi dalam APBN TA 2013 yang mencapai Rp. 274,7 trilyun (subsidi BBM Rp 193,8 trilyun dan subsidi listrik Rp 80,9 trilyun) berpotensi untuk bertambah apabila konsumsi BBM melebihi pagu 46 juta kl dan tidak dilakukan penyesuaian harga. Selain itu keterbatasan produksi minyak dalam negeri (lifting minyak tahun 2012 hanya mencapai 861 ribu barel per hari) menyebabkan Indonesia lebih banyak mengimpor BBM (net importer). Nilai impor BBM setiap tahunnya sangat besar, yaitu US$ 28 milliar pada tahun 2011(yang merupakan nilai komoditas impor terbesar dalam neraca perdagangan Indonesia)dan berjumlah US$ 26 milliar hingga November 2012 atau sementara menempati nomor 2 terbesar di bawah impor mesin dan peralatan mekanik (US$ 26,2 milliar) sehingga berpotensi untuk kembali menjadi komoditas impor terbesar pada penghujung tahun 2012 (Basri, 2013). Namun demikian penyesuaian harga BBM perlu dilakukan secara seksama, baik waktu, tahapan dan besarannya mengingat akan diikuti oleh kenaikan berbagai harga secara luas. Di sisi lain administered inflation sudah pasti akan meningkat akibat kebijakan kenaikan harga listrik sebesar 15% (secara bertahap/triwulan) dan kenaikan upah minimum provinsi (UMP).
Akhirnya berbagai potensi dan peluang perekonomian yang ada harus dimanfaatkan dengan maksimal dan didukung dengan bauran kebijakan fiskal dan moneter yang prudential, transparent dan accountable untuk memperluas penciptaan lapangan pekerjaan dan mempercepat tingkat penurunan angka kemiskinan yang pada bulan September 2012 tercatat sejumlah 28,59 juta orang (11,66%) atau telah menurun dibandingkan akhir tahun 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36%).
(Chairil/Hamidi/Adyawarman/Susanti/Saddra)








BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Sebagian besar Negara Sedang Berkembang dicekam oleh lingkaran setan kemiskinan. Untuk itu diperlukan suatu strategi yang cocok untuk pembangunan suatu Negara tersebut.

Strategi upaya minimum kritis berdasarkan tesis Leibenstein merupakan salah satu strategi untuk memajukan perekonomian NSB. Dengan memberikan rangsangan pertumbuhan yang lebih besar di atas batas minimum kritis tertentu. Dibalik itu semua strategi Leibenstein tetap mengandung beberapa kelamahan jika diterapkan pada sistim perekonomian di NSB.

Kemudian Strategi Pembangunan Seimbang yang mengharuskan adanya pembangunan yang harmonis di berbagai sektor ekonomi sehingga keseluruhan sektor akan tumbuh bersama. namun jika strategi ini diterapkan NSB masih memiliki banyak kekurangan dikarenakan NSB memiliki keterbatasan dalam sumberdaya modal. SDM dan SDA.

Strategi yang terakhir adalah Strategi Pembangunan Tak Seimbang, strategi ini dianggap sesuai untuk dilaksanakan di NSB karena Negara-negara tersebut mengalami masalah kelangkaan sumberdaya.




DAFTAR PUSTAKA

Arsyad Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Rowland Bismark.F.Pasaribu. 2013. Startegi Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi.http://rowlandpasaribu.files.wordpress.com/2013/02/05-strategi-pertumbuhan-dan-pembangunan-ekonomi.pdf. Diakses 20 Maret 2013
(SETNEG) Sekertariat Negara. 2013. Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013