Senin, 19 November 2012

Langkah-Langkah membuat Pancake


Menu Pancake sudah banyak ditemui diberbagai cafe di Indonesia. Cara buat pancake juga tidak terlalu sulit. Oleh karena itu, banyak orang mengkonsumsi pancake untuk sarapan ataupun untuk hidangan istimewa di keluarganya.

resep pancake
contoh pancake enak

Bagi anda yang ingin
membuat pancake, mungkin sering bertanya-tanya bagaimana membuat pancake yang enak itu. Atau berencana untuk memasak pancake untuk sajian keluarga atau teman-teman?

Berikut ini adalah panduan  cara membuat pancake yang sangat mudah.

Bahan/Resep Pancake:
  • 100 gr tepung terigu
  • 250 ml susu cair
  • 1 butir telur, pisahkan putih dan kuningnya
  • sedikit garam
  • margarin untuk olesan

Topping Pancake:
  • Es Krim
  • Sirup Maple

Cara membuat pancake:
  1. Campur rata dan aduk tepung terigu, garam, kuning telur dan susu dengan ballon whisk sampai rata atau bisa menggunakan mixer dengan kecepatan yang paling rendah (kalau tidak punya ballon whisk dan mixer, bisa juga menggunakan spatula kayu)
  2. Kocok putih telur sampai kaku. Bisa menggunakan garpu maupun ballon whisk.
  3. Kemudian masukkan adonan tepung ke dalam adonan putih telur, aduk rata. Nah dalam mencampur adonan tepung dengan putih telur, bisa juga menggunakan tehnik pancing. Dengan cara mengambil sedikit putih telur dan campurkan ke dalam terigu, aduk rata. tambah sedikit demi sedikit. Kemudian baru masukkan adonan terigu ke dalam putih telur. Langkah ini untuk menghindari putih telur yang bergerindil.
  4. Panaskan teflon diameter paling kecil (yang untuk bikin telor ceplok), oles dengan margarin, kecilkan api. Bisa juga menggunakan teflon ukuran standar.
  5. Tuang adonan sekitar 2,5 sendok sayur, tutup sebentar
  6. Balik jika adonan sudah ada sedikit berpori dan sedikit mengeras pinggirnya
Hasil : 7 Pancake

Tips memasak pancake:
  • Kunci utama kenapa pancake diatas bisa lembut teksturnya walaupun tanpa menggunakan buttermilk adalah pada pemisahan kuning telur dengan putih telurnya.
  • Untuk mendapatkan pancake yang lebih manis bisa menambahkan 1 sendok makan gula pasir yang diaduk bersama dengan terigu, garam, kuning telur, dan susu.
  • Pancake ini sangat enak bila disajikan hangat-hangat.
  • Bila tidak punya wajan teflon seukuran telur ceplok, bisa mneggunakan wajan teflon biasa walaupun nanti bentuk pancakenya menjadi tidak seragam. Atau bisa juga menggunakan ring/cetakan pancake seperti bentuk bulat, bintang, dll.

Nah, itulah panduan atau cara membuat pancake sederhana yang bisa anda langsung praktekkan untuk hidangan sarapan ataupun santapan siang atau sore hari. 

sumber:  https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVNxyXTWUSYSGBvILp4x0nvbE_HoxIv9t___TUgEufsSQKZwr6Hw0OqKTJweDf7glRu0NKsUsbJKGl6xNZ5Bnsf-Sp8U9rBEs_Cw96R1l2rj0d2x_tDNSlhBQEtbxmrIF1Z0lyksGMCBQ/s1600/resep+pancake.jpg

Cakra Khan- Harus Terpisah

Sendiri, sendiri ku diam, diam dan merenung
Merenungkan jalan yang kan membawaku pergi
Pergi tuk menjauh, menjauh darimu
Darimu yang mulai berhenti
Berhenti mencoba, mencoba bertahan
Bertahan untuk terus bersamaku

Ku berlari kau terdiam
Ku menangis kau tersenyum
Ku berduka kau bahagia
Ku pergi kau kembali

Ku coba meraih mimpi
Kau coba 'tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu

Bayangkan.. bayangkan ku hilang, hilang tak kembali
Kembali untuk mempertanyakan lagi cinta
Cintamu yang mungkin, mungkin tak berarti
Berarti untuk ku rindukan

Ku berlari kau terdiam
Ku menangis kau tersenyum
Ku berduka kau bahagia
Ku pergi kau kembali

Ku coba meraih mimpi
Kau coba 'tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
http://infomusik-board.blogspot.com
Ini harusnya kita coba saling melupakan
Lupakan, lupakan kita pernah saling bersama

Ku berlari kau terdiam
Ku menangis kau tersenyum
Ku berduka kau bahagia
Ku pergi kau kembali

Ku coba meraih mimpi
Kau coba 'tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu


by: Cakra khan

Minggu, 18 November 2012

5 kualitas pensil yang dapat kita jadikan pembelajaran dan prinsip dalam menjalani hidup.

1. Kualitas yang Pertama.
Pensil mengingatkan kita kalau kita bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Tetapi layaknya sebuah pensil ketika menul
is, kita jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kita dalam hidup ini.
Kita menyebutnya tangan TUHAN. DIA akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya.

2. Kualitas yang Ke Dua.
Dalam proses menulis, kita kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kita, dalam hidup ini kita harus berani menerima penderitaan dan pencobaan dan tantangan dalam kehidupan, karena hal itulah yang akan membuat kita menjadi orang yang lebih baik.

3. Kualitas yang Ke Tiga.
Pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunaka penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu, kita selalu diberi kesempatan memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar.

4. Kualitas yang Ke Empat.
Bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalu lah menyadari hal-hal di dalam diri kita. Instropeksi diri dan jangan mudah menyalahkan orang lain.

5. Kualitas yang Ke Lima.
Sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga kita harus sadar kalau apa pun yang kita perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalu lah berhati-hati dan sadar terhadap semua tindakan dan perkataan agar tidak menyakiti orang lain.

Semoga kita termasuk dalam orang-orang yang meninggalkan goresan yang baik . . .

BEGITU MULIANYA ENGKAU IBU

Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-
laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, hanya tinggal ibunya yang sudah tua dan anak laki-lakinya saja yang saling menopang.
Ibunya bersusah payah membesarkan seorang anaknya, saat itu kampung tersebut belum
memiliki listrik. Saat membaca buku, anaknya tersebut hanya diterangi sinar lampu minyak,
sedangkan ibunya dengan penuh kasih sayang menunggui anaknya sambil menjahitkan baju
untuk sang anak.
 
Saat memasuki musim gugur, adalah waktu bagi anaknya untuk memasuki sekolah menengah
atas. Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa
lagi bekerja disawah. Di sekolah itu, setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa 30
kg beras untuk dibawa ke kantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibunya tidak mungkin bisa
memberikan tiga puluh kg beras tersebut.

Berkatalah ia kepada ibunya: " Bu, saya mau berhenti sekolah saja dan membantu ibu bekerja
disawah". Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata : "Niat kamu sungguh mulia nak, kamu
memiliki niat seperti itu saja ibu sudah senang, tetapi kamu tetap harus sekolah. Jangan
khawatirkan ibu ya nak. Cepatlah pergi daftarkan ke sekolah nanti berasnya biar ibu yang akan
mengantarkannya kesana".
Karena anaknya tetap bersikeras tidak mau mendaftar ke sekolah, ibunya pun menampar
sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh ibunya. Dengan
berat hati, akhirnya anaknya pergi juga kesekolah. Ibunya terus berpikir dan merenung
dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.
 
Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang kekantin
sekolah dan menurunkan sekantong beras dari pundaknya, pengawas yang bertanggung jawab
menimbang beras dan membuka kantongnya lalu mengambil segenggam beras tersebut dan
menimbangnya. Tiba tiba dia berkata : " Hai wali murid, kami tidak menerima beras yang isinya
campuran beras dan gabah. Jangan menganggap kantin saya ini tempat penampungan beras
campuran". Begitu malu nya sang ibu ini, hingga tak henti hentinya berkali-kali meminta maaf
kepada ibu pengawas tadi.Awal bulan berikutnya ibu ini memikul sekantong
beras dan masuk kedalam kantin. seperti biasanya beras tersebut diteliti oleh pengawas.

Dengan alis yang mengerut, ibu pengawas berkata: "Masih dengan beras yang sama".
Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya".
Sang ibu sedikit takut dan berkata : "Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti
ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata : "Berapa luas sawah yang ibu
kerjakan, sehingga berasnya bisa bermacam macam seperti ini". Mendengar sindiran
pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi. Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali ke sekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: "Kamu sebagai wali murid kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama.Bawa pulang saja berasmu itu !"Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut
di depan pengawas tersebut dan berkata:"Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis".

Mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dilihatnya ibu tua
tadi duduk diatas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah
mengeras dan membengkak. Ibu renta tersebut menghapus air mata dan berkata: "Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku sehingga mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah.
Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi."

Selama ini saya tidak pernah memberi tahu sanak saudara yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih untuk mengatakannya pada anakku,aku takut melukai harga dirinya. Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat, aku pergi ke pasar, tempat orang berjualan beras, hanya untuk mengemis beras beras yang tercecer di trotoarnya. Dengan susah payah aku mendatangi toko demi toko hanya utnuk mencari ceceran itu. Sampai hari sudah gelap, akupun pelan-pelan kembali
kekampung sendiri. Sehingga sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul memenuhi
syarat untuk diserahkan kesekolah. Pada saat ibu tua itu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: "Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu."
Sang ibu buru- buru menolak dan berkata: "Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini." Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah Tiga
tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi Qing hua dengan nilai 627
point.

Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras. Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan sebuah kisah tentang seorang ibu yang mengemis beras demi sekolah anaknya. Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata kepada para hadirin seraya menunjuk pada ibu tadi : "Inilah
sang ibu dalam cerita tadi." Dan mempersilakan sang ibu yang luar biasa tersebut untuk naik keatas mimbar. Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat ke arah gurunya yang sedang menuntun ibunya berjalan keatas mimbar.Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan.
Pandangan ibu yang hangat dan lembut kepada anaknya membuat sang anak tak kuasa untuk
menahan tangisnya, dipeluknya sosok tua dihadapannya itu dan merangkul erat ibunya
sambil terisak seraya berkata: "Begitu mulianyaengkau Ibu, sungguh aku tak bisa untuk
membalasnya.....
 
sumber: http://www.facebook.com/IBU.PutRa.AnDikaa

Ayah yang TERBAIK

Ini adalah sebuah kisah tentang kasih sayang yang begitu besar seorang ayah terhadap anak laki-lakinya yang menderita cacat di otaknya sejak lahir. Terkadang kesulitan menjadikan jalan untuk menunjukkan kemampuan yang sebenarnya.

Sebuah penderitaan merupakan jalan untuk menunjukkan cinta yang sesungguhnya. Ungkapan itu semakin lama semakin bisa dipahami. Terle
bih saat membaca dan melihat kisah keluarga dari Boston, Amerika Serikat ini. Memang ada orang yang mengeluh karena kesulitan. Ada banyak juga yang tampil sebagai pribadi yang keras dan pemarah karena beban derita yang besar.

Sebagian orang kerap tergoda untuk lebih mudah marah dan gampang membenci saat banyak masalah datang. Namun kisah cinta seorang ayah ini mulai membuka mata setiap orang, bahwa penderitaan adalah sungguh jalan untuk menunjukkan cinta.

Kisah ini bercerita tentang sebuah keluarga yang terus mencintai anaknya dalam penderitaannya. Semua penderitaan itu bermula ketika anak laki-laki mereka lahir dengan cacat bawaan. Cacat ini bukan pada fisik luarnya, tetapi pada bagian dalam tubuhnya.

Otaknya tidak memperoleh suplai oksigen dengan baik. Tentu saja ini sangat berpengaruh buruk. Secara sederhana, Rick, anak laki-laki mereka ini tidak akan bisa hidup normal. Suami istri itu tidak menyerah begitu saja meski mendapati anaknya tidak akan bisa berjalan dan bicara. Mereka mencari jalan agar anaknya bisa belajar, bisa tumbuh, meski memiliki begitu banyak kekurangan.

Saat Rick berusia 10 tahun orangtuanya memberi sebuah computer sederhana yang bisa sangat membantu Rick. Tentu saja tahun tersebut, 1972, tekhnologi belum sangat maju seperti sekarang. Toh kehadiran computer itu sangat menolong. Pelan-pelan Rick diajari mengeja huruf demi huruf. Kata pertama yang membahagiakan mereka adalah ketika Rick bisa menggerakkan mouse computer untuk mengeja kata sapaan, “hi Mom” dan “hi Dad”.

Dick Hoyt wisuda Pelan-pelan Rick dikenalkan dengan berbagai aktivitas anak-anak pada umumnya, meski ia menjalani dengan duduk di kursi roda. Ia diajari berenang, bermain hoki, dll. Akhirnya tahun 1975, ketika ia berusia 13 tahun, Rick di masukkan ke sekolah normal. Di sana ia belajar dan bisa mengikuti dengan baik, tentu dengan bantuan berbagai alat. Tidak hanya sampai di situ, Rick mampu menyandang gelar sarjana dalam bidang Pendidikan Khusus tahun 1993.

Seperti anak-anak dan pemuda pada umumnya, Rick sangat menyukai olah raga. Ia mengikuti beritanya dan sangat ingin terlibat di dalamnya. Di sinilah kebesaran cinta sang ayah sungguh diuji. Suatu saat di musim semi tahun 1977, Rick mengatakan ingin ikut dalam lomba lari 5 mil yang ada di kota mereka. Ayahnya menyetujui. Tentu saja, Rick tidak mampu berlari sendiri. Orangtuanya membuatkan kursi roda khusus yang bisa didorong sambil berlari. Ayahnyalah yang berlari sambil mendorong kursi roda anaknya. Setelah ikut lomba tersebut, Rick seperti keranjingan untuk ikut lomba yang lain. Sang ayah selalu mengiyakan.

Ia tidak pernah menolak keinginan anaknya. Suatu malam, Rick berkata pada ayahnya, “Dad, ketika aku ikut berlari, aku merasa bahwa aku bukan orang cacat.” Tentu saja ini sangat mengharukan bagi sang ayah. Dick Hoyt lomba lari Berbagai lomba telah mereka ikuti. Puncaknya ketika mereka terlibat dalam lomba iron-man. Lomba ini meliputi lari, bersepeda dan berenang di laut. Hal itu terjadi pada tahun 1992. Sekali lagi, sang ayah mengiyakan tanpa mengeluh akan permintaan anaknya tersebut.

Saat itu usia Rick sudah 30 tahun dan ayahnya sudah 52 tahun. Setelah itu mereka masih mengikuti beberapa lomba yang lain lagi. Bapak anak ini menjadi sebuah team yang solid. Sang anak terus berusaha memberi semangat pada ayahnya dengan merentangan tangan dan menunjukkan raut muka gembira. Mereka telah menjadi satu. Mereka tidak mungkin berlomba secara terpisah.

Sang ayah adalah tubuh dan anaknya adalah hati yang membakar semangat untuk terus berlari. Mereka masih memiliki rencana akan mengikuti lomba marathon di Boston, yang merupakan lomba favoritenya Rick pada tahun 2011. Waktu itu terjadi, usia sang ayah sudah 70 tahun. Kita tidak tahu apakah mereka masih bisa melakukan atau tidak. Namun yang pasti, ayah yang perkasa ini telah menunjukkan cinta yang sangat besar pada anaknya. Ia tidak pernah mengeluh, karena penderitaan anaknya adalah jalan baginya untuk menunjukkan cintanya.

Suatu saat Rick pernah ditanya, ‘jika bisa memberi sesuatu pada ayahmu, apakah yang ingin kamu berikan?’

Rick menjawab, ‘kalau mungkin, suatu saat ayah duduk di kursi ini dan aku yang akan mendorongnya.

Sabtu, 10 November 2012

Resensi Hati yang Damai- Nh.dini

Judul karya resensi: Cinta segitiga
Judul                      : Hati yang Damai
Penulis                    :Nh.dini
Tebal                      : 89hlm
ISBN                      : 979-669-419-0

" Hati yang Damai" berkisah dari sudut pandang akuan, dinaratori oleh istri penerbang bernama Dati. Dalam balut kata-kata Nh. Dini yang terpilih ( dan memang menurut saya begitu halus) berceritalah Dati tentang kebimbangan-kebimbangannya akan pembuktian cintanya kepada Wija, suaminya yang ditugaskan di medan perang ( saya mengetahui bahwa latar cerita ini adalah pemberontakan PRRI/Permesta yang pada saat itu berlangsung di Sumatera). Adalah hal yang biasa - sepertinya - bila seorang penerbang hilang atau tidak kembali ke pangkalan, tidak ada bedanya dengan pendaratan crash landing.

Begitulah, saat Dati melepas kepergian suaminya, dia yakin bahwa dia tidak ingin suaminya hilang dari pandangnya, meskipun rasa cintanya terhadapnya masih sering diragukannya sendiri. Diantara kebimbangan-kebimbangan itulah, cinta segitiga di masa lalu kembali justru di saat penantiannya akan kepulangan sang suami. Cinta pertamanya, Sidik, menjadi orang penting di kota besar ( sepertinya wakil rakyat )yang merindukan cinta dari satu pelukan ke pelukan perempuan lain tiap malam, bahkan Dati mengetahui bahwa istri kakaknyapun dengan rela memberikan 'pelukan' itu, tentu dengan bayaran yang pantas. Dan, Nardi, sahabat Sidik yang mengakui cintanya kepada Dati di masa lalu, hadir dalam belantara kehidupan sang istri penerbang sebagai dokter angkatan udara yang bersahabat dengan Wija.

Penggunaan pencerita orang pertama membawa konsekuensi dalam penokohan: semua tokoh di tampilkan secara tidak langsung atau dramatik,karena pencerita yang berdiri dalam cerita adalah seorang tokoh. Tampilnya seorang tokoh sebagai pencerita dapat mengakibatkan ketidakadilan dalam menampilkan tokoh, sebab besar kemungkinan ia subejktif dalam memberikan penilaian kepada orang lain. Namun, novel ini membuktikan bahwa hal tersebut tergantung kejujuran tokoh pencerita ketika ia berkomentar, membaca hati orang dan melukiskan orang lain, disamping harus diimbangi dengan komentar tokoh lain dan apa yang di lakukan seorang tokoh.
Terbukti ketika ia menilai dan membanca hati sidik: meskipun dari perbuatan dan beberapa cakapannya tampak bahwa sidik tidak terpuji, tetapi tokoh utama yang mencerita sanggup menangkap penderitaan sidik dari matanya “…aku menemukan pandang yang itu –itu juga, pandang jauh: pandang yang seakan merindukan sesuatu yang tak terduga oleh siapa pun.”
Ternyata keliaran asti dalah kompensasinya karena tidak dapat memberikan anak kepada suami yang di cintainya. Dengan demekian, meskipun tokoh utama tampil sebagai pencerita, tetapi dengan kemampuannya menggunakan bermacam-macam teknik dramatic, keobjektifan dalam penampilan para tokohnya dapat terjaga. Penggunaan pencerita orang pertama juga membawa konsekuensi dalam pelukan latar: semua dari sudut panadang tokoh utama. Etika ada seseuatu yang tidak beres, dati bisa menangkapnya dari situasi latar yang ia lukiskan.
Sebenarnya, novel ini sangat bagus. Data-data pembuktian bahwa pada saat itu terjadi PRRI/Permesta tidak terlalu nampak, karena yang ditampilkan adalah nasib para penerbang dan istrinya. Lewat kehalusan-lah, Nh. Dini berkisah tentang masa lalu yang hadir, dan menjadi balutan cinta segi empat yang tampil dengan halus.
Kedamaian di hati Dati hadir di akhir cerita, ketika dengan halus diakuinya bahwa Wija-lah yang dapat memberinya keluasan dalam hati. Alur ceritanya lancar dan santai, dan saya terperanjat akan puncak pengakuan sang istri yang kekurangan cinta. Akhirnya datang dan sempat membuat jantung saya berdebar, meskipun cerita ini bagi saya hanya pantas dianugrahi bintang empat. jejak-jejak "feminis" kurang ditemui dalam novelet ini. Apakah karna ini roman pertama ataukah Dati sebagai narator saya rasa "kurang tegas" dalam menindak laki-laki.
Dari buku ini saya belajar bahwa lari dari masalah sama sekali tak menyelesaikan masalah, sang istri dalam tokoh ini tidak menyelesaikan masalahnya dengan tuntas di masa lalunya sehingga akhirnya mereka kembali mengganggu kedamaian hatinya, juga ketidaktegasannya menolak dan keraguan akan perasaannya. Mungkin buat yang mempunyai kisah-kisah yang tidak tuntas dimasa lalu sebaiknya diselesaikan dengan segera sebelum mengganggu kedamaian hati kita dimasa mendatang.

























Resensi Perjalananku mengelilingi dunia- Nawal El-Saadawi




Judul karya resensi      : Catatan perjalanan seorang penulis fesiminis
Judul                           : Perjalananku mengelilingi dunia
Penulis                         :Nawal el-Saadawi
Tebal                           : 306 hlm
ISBN                           : 979-461-6141
Hari Minggu lalu, saat berlangsung pembukaan Konferensi
Internasional ke-7 Women Playwrights International, di Jakarta,
penulis terkenal Mesir, Nawal el Saadawi, diundang menjadi pembicara
kunci.

Nawal el Saadawi kembali berbicara Senin sore lalu dalam rangkaian
konferensi, kali ini dalam peluncuran buku yang dialihbahasakan oleh
Yayasan Obor Indonesia. Judul buku dalam bahasa aslinya adalah My
Travels Around The World, dan dialihbahasakan menjadi Perjalananku
Mengelilingi Dunia, Catatan Perjalanan Seorang Penulis Feminis.

Ada 11 kisah perjalanan di dalam buku ini, diawali dari perjalanan
pertama Nawal ke luar tanah airnya Mesir dan ditutup dengan
perjalanannya ke negara-negara di Afrika sebagai pejabat
Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Kisah-kisah ini membentang dari tahun 1960-an hingga 1970-an. Kesan
yang paling terasa saat membaca buku ini adalah betapa persoalan
yang dihadapi negeri-negeri yang dikunjungi Nawal tidak banyak
berubah. Misalnya, cerita perjalanannya ke Amerika, saat dia
mengikuti pertemuan mahasiswa Arab di sana.

Para mahasiswa, dari Arab dan Amerika menyusun resolusi yang
mendukung Organisasi Pembebasan Palestina dan kembalinya rakyat
Palestina ke tanah air mereka. Perjuangan rakyat Palestina
mendapatkan kembali seluruh tanah air mereka belum juga selesai
sampai hari ini.

Begitu juga pengalaman di India, yang merupakan bab terpanjang dalam
buku ini. Meskipun kini India merupakan salah satu kekuatan ekonomi
yang disegani saat mereka membuka diri terhadap pasar, namun
kemiskinan yang diceritakan Nawal masih bertahan sampai sekarang.
Pun jurang kaya dan miskin serta diskriminasi terhadap perempuan
masih terjadi di India.

Penggambarannya rinci dan menyentuh. "Sebuah pemandangan tak
terlupakan adalah anak-anak yang tidak menghalangi Anda dan tidak
mengatakan apa pun, tetapi yang memandang Anda dengan mata diam yang
hanya berisi satu makna yang tetap dan jelas, diteriakkan tanpa
bunyi: Kami lapar!" (hal 159)

Pencatat yang baik

India memang istimewa untuk Nawal. "Perjalanan ke India berbeda
dengan perjalanan lain ke negeri lain mana pun. Perjalanan itu
merupakan perjalanan seumur hidup, dari lahir hingga kematian,
seperti sebuah lingkaran yang mulai dan berakhir pada titik yang
sama; tetapi bukan titik yang sama sebab kelahiran bukanlah kematian
dan awal bukanlah akhir" (hal 153).

Bagi Nawal, turisme bukanlah terbang dengan pesawat mengunjungi
museum, tidur, dan makan di hotel mewah. Nawal lebih tertarik
menyusuri jalanan dan permukiman berdebu, menemui orang di mana pun,
terutama di tempat yang dijauhi turis.

Semua kesan dan perasaannya ditulis cukup rinci, bahkan percakapan
dengan orang-orang yang dia temui. Dia menyebutkan, "Saya mempunyai
kebiasaan mencatat kesan-kesan pertama saya tentang setiap negara
baru ke mana saya berkunjung, sebelum negara itu menjadi akrab di
mata saya dan sebelum keakraban memperlemah saya terhadap segala
sesuatu dan hal baru menjadi begitu akrab sehingga mata hampir-
hampir tidak melihatnya" (hal 155). Dan bila Nawal menyebut melihat,
itu berarti juga melibatkan perasaannya.

Kekuatan lain Nawal adalah tidak ragu-ragu menuangkan perasaannya
secara intim dan hangat melalui tulisan yang dia ramu dengan
sikapnya yang antikolonialisme, anti-imperialisme, antifeodalisme,
yang pada intinya antiketidakadilan. Bukan hanya ketidakadilan pada
tataran global, tetapi juga di tingkat negara dan individu. Inilah
kekuatan perempuan sebab yang personal adalah politis. Tidak ada
pembedaan pada keduanya.

Dengan gamblang, dia menyatakan ketidaksetujuannya pada Anwar Sadat
yang disebutnya menjual Mesir kepada orang asing (Barat) sehingga
menyebabkan orang Mesir tergusur dari tanah pertanian mereka, bahkan
terpaksa menjadi pekerja migran. Perasaan yang sama kini juga
dirasakan orang-orang di sini. Tetapi, dia juga mempertanyakan
warisan budaya yang diterima melalui cerita-cerita neneknya.

"Untuk menjadi kreatif, kita harus terus mempertanyakan segala hal,
orangtua kita, warisan budaya kita, pendidikan yang diberikan,"
cetus Nawal berkali-kali dalam diskusi bedah buku di Galeri
Nasional.

Nawal secara jelas menuturkan kecintaannya kepada tanah airnya,
ayahnya, ibunya, nenek-neneknya, terutama nenek dari pihak ayahnya
yang dia sebut sebagai perempuan sederhana tetapi berani, kepada dua
anaknya, dan juga suaminya. Dia berulang kali membacai surat dari
suaminya yang bercerita tentang putrinya dan menyimpan surat itu di
bawah bantal ketika di berada di Amerika, sementara suami dan
putrinya tinggal di Mesir (hal 59-60).

Hal-hal seperti inilah yang membuat buku ini memikat, selain juga
karena menggambarkan dengan menarik negeri yang dia kunjungi dan
masyarakatnya serta pengalaman dan perasaannya. Meskipun Nawal
menyebut bukunya ini buku perjalanan, namun buku ini menjadi seperti
sebuah autobiografi.

Feminis
Dan tentu saja berbicara mengenai Nawal tidak lengkap bila tidak
menyinggung sikapnya sebagai feminis. Bab pertama bisa membantu
menjelaskan mengapa Nawal begitu menentang patriarkhi. Untuk dapat
pergi ke luar negeri, seorang perempuan harus mendapat izin tertulis
dari suaminya dan harus disertakan pada paspor.

"Dan saya beritahu Anda bahwa menurut hukum, saya boleh bepergian
tanpa izin suami sebab saya perempuan lajang, tanpa suami," kata
Nawal kepada polisi di jalan masuk bandara Mesir. Tetapi, polisi itu
ngotot menanyakan surat bukti bahwa Nawal lajang. Nawal lalu
menunjukkan surat cerainya dan polisi itu berkata, "Mengapa Anda
tidak memberitahu saya dari awal bahwa Anda telah dicerai?"

"Aku belum pernah dicerai," jawab saya dengan marah. "Saya
bercerai." (hal 8-9).

Pandangan Nawal sebagai feminis dapat kita ikuti melalui buku-
bukunya yang telah diterjemahkan Yayasan Obor. Bukunya yang paling
laris adalah Perempuan di Titik Nol (Women at Point Zero), bercerita
tentang pelacur Firdaus yang dihukum mati dengan tuduhan membunuh
walaupun yang dikatakannya adalah kenyataan bahwa dia menjadi
pelacur karena semua laki-laki yang dia kenal, termasuk paman, ayah,
dan suaminya, mengajarkan dia untuk menjadi dewasa sebagai pelacur.

Dan di Thailand, dia menemui kenyataan bahwa perempuan sejak muda
telah dijual sebagai pelacur demi turisme dan ujungnya pemasukan
bagi kas negara. Nawal memerlukan menyamar dalam pakaian laki-laki
agar dapat masuk ke tempat pelacuran yang disamarkan sebagai tempat
hiburan biasa dan tidak menerima tamu perempuan.

Tidak heran bila keberaniannya menyuarakan kebenaran yang dia yakini
membuat dia pernah dipenjara Anwar Sadat, pelarangan beberapa
bukunya, dan bahkan melahirkan ancaman mati dari kelompok
fundamentalis agama-agama










RESENSI PEREMPUAN DI TITIK NOL



Judul karya resensi      :  Seorang pelacur yang mempertahankan harga dirinya
Judul                           : Perempuan di titik nol
Penulis                         :Nawal el-Saadawi
Tebal                           : 156 hlm
ISBN                          :978-979461-040-4
Novel perempuan di titik nol adalah novel terjemahan karya Nawal el Saadawi dari judul asli Woman at point zero. Diterbitkan pertama kali dalam bahasa Indonesia oleh yayasan obor Indonesia pada tahun 1989. Novel ini di dasari dari kisah nyata dan pengalaman sang penulis sendiri dan menceritakan tentang kehidupan dari Firdaus tokoh utama dari novel ini.
]Firdaus adalah anak dari seorang petani, hidupnya sangatlah rumit dan penuh konflik. Sejak kecil Firdaus sudah menjalani penganiayaan dari segi fisik maupun mental oleh seorang lelaki yang dikenalnya sebagai ayah. Sesungguhnya tak cuma Firdaus yang mendapat perlakuan dari sosok ayahnya itu, tapi ibunya pun tidak pernah mempunyai nasib yang lebih baik dari Firdaus.

Ketika ayah dan ibu Firdaus meninggal, Firdaus di asuh oleh pamannya. Meski pamannya itu bersikap lebih baik dan lemah lembut daripada ayahnya, tapi sosok paman yang lemah lembut itu sama seperti lelaki lain. Pamannya pun tidak melewatkan kesempatan untuk melakukan pelecehan seksual kepadanya. Seringkali pamannya meraba-raba paha Firdaus sambil membacakan buku kepadanya sebelum atau sesudah Firdaus tinggal bersamanya.

Dalam masa ini, Firdaus disekolahkan di sekolah menengah pertama. Disitulah ia dapat merasakan bergaul dengan sebayanya, namun ketika itu juga ia hampir mengenal cinta tetapi tidak dari lawan jenis, melainkan dari seorang guru perempuan. Lulus dari sekolah menengah dengan nilai terbaik, lalu pamannya menikah dengan seorang gadis anak dari guru sewaktu ia sekolah di Al-Azhar.

Waktupun terus belalu, lama-kelamaan sang bibi tersebut kurang suka dengan keberadaan Firdaus di rumahnya. Jadi ia berencana untuk mengenalkan Firdaus pada seorang laki-laki yang bernama Syekh Mahmud, orang tua yang berumur 60 tahun yang kaya raya dan sangat pelit disertai dengan adanya bisul disekitar wajahnya.

Untuk membalas budi sang paman, Firdaus pun menerima pinangan dari Syekh Mahmoud tersebut dan umurnya waktu itu adalah 18 tahun. Apa boleh buat Firdaus pun harus melayani lelaki dengan wajahnya yang penuh bisul itu walau dengan setengah hati. Namun lama-kelamaan Firdaus pun tak tahan dan kemudian melarikan diri. Hal itu disebabkan Firdaus seringkali mendapatkan perlakuan yang menyakiti fisiknya.Ia pun terus berlari, dan saking kencangnya ia berlari akhirnya tibalah pada suatu keindahan pemandangan sungai Nil. Disitulah awal mulanya Firdaus beremu dengan lelaki yang bernama Bayoumi. Awalnya ia mengira lelaki yang bernama Bayoumi adalah seorang laki-laki yang baik, namun ternyata tidak demikian. Bayoumi lalu mengajak Firdaus untuk tinggal satu rumah. Bayoumi pun tidak ketinggalan untuk merasakan nikmatnya tubuh Firdaus bersama teman-temannya. Bayoumi lah yang membawa Firdaus pada suatu profesi yang disebut pelacur. Kali ini ia bertemu dengan seorang perempuan cantik yang bernama Syarifa yang ternyata tak lebih dari seorang germo. Namun, berkat perempuan itu Firdaus lebih mengenal lagi tentang dunia pelacuran dan mengetahui bahwa ia memiliki tubuh dengan harga diri yang tinggi, disitu Firdaus merasakan kenikmatan dunia. Karena adanya konflik antara Firdaus dan Fawzi (pacar Syarifa) yang ingin memperistri Syarifa. Maka atas sikap Syarifa Firdaus yang penuh rasa hormat kepada siapapun yang di temuinya, Firdaus pun kembali melarikan diri. Di jalan ia di ajak oleh seseorang untuk masuk kedalam mobil dan dibawa ke hotel. Setelah melakukan persetubuhan Firdaus di beri uang sebesar 10 pon.

Jalan hidup membawa Firdaus menjadi seorang pelacur mandiri dan berharga. Ia bisa membeli apapun yang ia inginkan, ia bisa berdandan cantik, dan yang paling penting ia bisa memilih dengan siapa ia akan tidur. Akan tetapi nasib baik belum juga bersahabat dengannya. Ketika itu Firdaus sedang merasakan frustasi karena ia tidak merasa nyaman dan tenang saat ia menekuni sebagai seorang pelacur. Lalu ia sempat beralih profesi menjadi pegawai kantoran. Disana dia bertemu dan bisa merasakan rasanya jatuh cinta pada teman kerjanya, tetapi tetap saja lelaki itu hanya menyukai dan menginginkan kenikmatan tubuh perempuan. Bahkan perempuan adalah pelacur dalam hidup seorang lelaki, karena setelah menjadi istri pun wanita masih menjadi pelacur. Hal yang membedakannya adalah ketika sudah berumah tangga wanita merasa pasrah, tidak dibayar, dan memakai cinta dalam persetubuhannya. Sedangkan pelacur jalanan dibayar dan tidak memakai cinta dalam hubungannya.

Akhirnya Firdaus pun menekuni profesinya kembali sebagai seorang pelacur, sehingga seorang germo memaksa Firdaus bekerja untuknya. Ternyata dari pengalamannya selama ini, Firdaus pun sadar dan menjadi perempuan yang tak mau lagi di injak-injak harga dirinya oleh kaum pria. Namun karena sang germo memaksa dan mengancamnya, Firdaus pun memegang sebilah pisau dan menghujamkan beberapa tusukan, sehingga akhirnya ia membunuh sang germo. Setelah peristiwa itu, ia segera menyerahkan diri kepada polisi dan akhirnya masuk penjara.

Akibat ulahnya itu, Firdaus pun di vonis hukuman mati. Namun anehnya dia malah menolak menerima grasi yang telah diusulkan oleh seorang dokter penjaranya kepada presiden. Firdaus menggunakan kepasifan sebagai senjata perlawanan untuk mempertahankan harga dirinya, termasuk kepasifan menerima hukuman mati. Menurut Firdaus , vonis itu justru merupakan satu-satunya jalan menuju kebebasan sejati. Ironis.
Inti cerita dari novel perempuan di titik nol ini yaitu menceritakan seorang pelacur yang mempertahankan harga dirinya dengan sikap yang pasif pada setiap orang terutama lelaki. Pasif disini diartikan adalah tidak mau berusaha untuk mencari alternatif yang lain demi kemajuan dan kelangsungan masa depannya, tetapi hanya tetap mengandalkan apa yang terjadi sekarang dan menerimanya. Hal ini terlihat dari sikap Firdaus yang tetap mau menerima hukuman mati sebagai jalan dari kebebasannya yang sejati.

Dari segi isi cerita, kelebihan dari novel ini yaitu membangkitkan semangat bagi para perempuan untuk tidak terjerumus pada kesenanganan dunia sesaat yang negatif. Jika seorang perempuan mendapatkan pelecehan seperti itu, kita (khususnya kaum perempuan) harus berani untuk membela diri karena sekarang sudah zaman emansipasi wanita yaitu kedudukan wanita tidak seperti zaman dulu yang hanya dijadikan sebagai alat pemuas lelaki, bebas berpendapat tetapi tidak melenceng dari aturan-aturan yang berlaku, dan lain-lain. Novel ini juga banyak memberikan pengetahuan untuk para kaum Adam (lelaki) untuk bisa lebih menghargai dan menghormati kaum hawa khususnya perempuan, sekalipun perempuan itu seorang pelacur atau perempuan terhormat, dan lain-lain.

Membaca karya-karya sastra dari negeri yang sedang berkembang pasti akan menemukan banyak persamaan, meskipun tentu juga akan di temukan berbagai reaksi dan jawaban berbeda, akibat dari latar belakang sejarah, kondisi dan situasi masyarakat, nilai-nilai masyarakat maupun perseorangan, agama, dan sebagainya saling berbeda. Akan tetapi, apabila kita membuka pikiran hati kita membaca karya sastra, maka kita akan mendapat pengalaman yang kaya sekali, pengalaman manusia yang hanya kita timba dari sastra, dan yang tidak mungkin kita dapat dari buku-buku sejarah maupun penelitian masyarakat. Mungkin saja pengalaman itu dapat membawa kita pada pengertian yang lebih jelas dan jernih tentang apa yang terjadi dengan kita dalam suatu kelompok masyarakat, seperti halnya yang di ceritakan di dalam novel ini. Kehadiran buku Nawal el Saadawi ini menunjukkan bahwa perjuangan perempuan Mesir untuk merebut kedudukan dan hak-hak yang sama dalam suatu komunitas, dan lebih penting lagi untuk mendapat perubahan nilai dan sikap kaum lelaki Mesir terhadap perempuan, masih belum sepenuhnya tercapai. Serta bisa membuka mata beberapa negara lain di dunia ini, khususnya bagi masyarakat untuk bisa lebih menghargai dan menghormati kedudukan dan hak-hak seorang wanita, baik di tengah masyarakat, maupun dalam hubungan langsung antara lelaki dan permpuan secara sosial dan juga pribadi, baik di dalam maupun di luar perkawinan.

Dengan adanya novel ini di harapkan untuk para pria bisa lebih menyadari akan kelakuan-kelakuan buruk yang pernah di alaminya terutama semua hal yang berkaitan dengan gender lawan jenis. Perlu kita renungi bahwa andaikata kita mempunyai anak yang dilakukan tanpa hal wajar (belum muhrim atau nikah), lalu tanpa sengaja anak kita pun bertanya kepada tentang pengalaman kita mempunyai anak sewaktu muda pasti kita pun akan merasa malu untuk menceritakan pengalaman buruk tersebut.

Dari segi aspek halaman, novel ini juga mungkin termasuk novel produk luar negeri yang halamannya sedikit atau tidak terlalu tebal, karena seperti yang telah kita ketahui bahwa hampir novel karya luar negeri itu kadang kala selalu tebal halamannya, seperti novel Harry Potter, The da Vinci code, dan lain-lain. Tetapi untuk novel ini tidak demikian, Sehingga bisa menghilangkan kejenuhan para pembaca ketika membaca novel tersebut karena bisa di baca sekali langsung selesai. Serta buku novel ini juga di kemas unik dalam bentuk menyerupai buku saku sehingga memudahkan kita untuk membawanya kemana-mana.

Di dalam cerita novel ini kebanyakan ceritanya bersifat fulgar dan seringkali berbau seks, sehingga akhirnya banyak mendapatkan pertentangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu untuk segi sasaran yang dituju hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang sudah dewasa. Tentunya kita bisa mengetahui dan memikirkan apa yang terjadi apabila seseorang yang belum dewasa atau belum cukup umur seperti anak yang baru bisa membaca atau sebagainya membaca novel ini, tentu akan terbawa suasana seperti yang terjadi dalam cerita novel tersebut, sehingga perlu adanya bimbingan dari orang tua mereka ketika membaca dan mengkajinya.
Hal lain yang merupakan kekurangan di dalam novel perempuan di titik nol yaitu menceritakan tentang kebobrokan lelaki, seakan-akan lelaki adalah makhluk jahat yang hanya mau merampas harga diri wanita saja padahal dalam faktanya tidak semuanya para lelaki bersikap demikian. Menurut beberapa media di Kairo (Mesir), akibat hal itu beberapa petinggi Al-Azhar (Universitas di Mesir) memberi kecaman kepada sang penulis khususnya Nawal el Saadawi, karena menurut mereka kata-kata yang di tulis Nawal dalam novelnya banyak yang tak lazim, seperti tentang seks dan berbau porno lainnya. Sehingga Universitas Al-Azhar yang merupakan suatu Universitas terkenal di Mesir sangat kontradiktif sekali terhadap novelnya ini, karena mereka sangat khawatir dengan penerbitan novel ini akan merusak moral akhlak masyarakat Mesir dan negara lainnya walaupun isi cerita yang ditulis oleh sang penulis novel adalah untuk memberikan gambaran tentang kebobrokan manusia.

Untuk sebuah novel yang merupakan produk luar negeri, akan lebih bagus lagi apabila cover bukunya di beri ilustrasi dan warna yang bisa menarik minat para pembaca untuk membaca novel karya Nawal el Saadawi ini. Karena kita tahu apabila suatu cover buku itu di buat semenarik atau sebagus mungkin akan membuat pembaca tergiur untuk membaca dan membeli novel tersebut., sedangkan dalam novel ini cover bukunya hampir sebagian besar hanya berwarna merah sehinggga tidak menimbulkan kesan menarik dalam tampilan buku novel tersebut.Namun karena bentuk buku yang menyerupai seperti buku saku, mengakibatkan penyusunan bentuk hurufnya cenderung berukuran kecil karena menyesuaikan dengan keadaan bentuk buku, sehingga menyulitkan kita ketika membaca novel tersebut.