A. LATAR
BELAKANG
Pemahaman akan perilaku konsumen adalah
tugas penting bagi para pemasar. Para pemasar mencoba memahami perilaku
pembelian konsumen agar mereka dapat menawarkan kepuasan yang lebih besar
kepada konsumen. Tapi bagaimanapun juga ketidakpuasan konsumen sampai tingkat
tertentu masih akan ada. Beberapa pemasar masih belum menerapkan konsep
pemasaran sehingga mereka tidak berorientasi pada konsumen dan tidak memandang
kepuasan konsumen sebagai tujuan utama. Lebih jauh lagi karena alat
menganalisis perilaku konsumen tidak pasti, para pemasar kemungkinan tidak
mampu menetapkan secara akurat apa sebenarnya yang dapat memuaskan para
pembeli. Sekalipun para pemasar mengetahui faktor yang meningkatkan kepuasan
konsumen, mereka belum tentu dapat memenuhi faktor tersebut.
Tak diragukan lagi, konsumen tergolong
aset paling berharga bagi semua bisnis.Tanpa dukungan mereka, suatu bisnis
tidak bisa eksis.Sebaliknya jika bisnis kita sukses memberikan pelayanan
terbaik, konsumen tidak hanya membantu bisnis kita tumbuh. Lebih dari itu,
mereka biasanya akan membuat rekomendasi untuk teman dan relasinya.
B.
RUMUSAN MASALAH
1)
Apa itu definisi
kepribadian dan perilaku konsumen?
2)
Bagaimana model
motivasi kepribadian serta teorinya?
3)
Bagaimana pemahaman
perbedaan konsumen?
4)
Apa itu kepribadian
merek, diri dan citra diri, serta kepribadian yang sebenarnya?
C.
TUJUAN
1)
Untuk mengetahui
definisi kepribadian dan perilaku konsumen.
2)
Untuk mengetahui
seperti apa model motivasi kepribadian dan teorinya.
3)
Untuk lebih memahami
perbedaan konsumen.
4)
Untuk mengetahui apa
yang disebut dengan kepribadian merek, diri dan citra diri, serta kepribadian
yang sebenarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi/Pengertian:
Kepribadian
adalah karakteristik psikologis seseorang yang menentukan dan merefleksikan
bagaimana seseorang merespon lingkungannya (Schiffman &Kanuk , 2000).
Berdasarkan definisi ini maka Nampak bahwa yang ditekankan adalah karakter-karakter
internal termasuk didalamnya berbagai atribut, sifat, tindakan yang
membedakannya dengan orang lain.
Secara
praktis konsep kepribadian dapat didifinisikan sebagai seperangkat pola
perasaan, pemikiran dan perilaku yang unik yang menjadi standar respon konsumen
untuk berbagai situasi. Pola ini memiliki beberapa ciri khas yaitu:
·
Mencerminkan perbedaan individu
Oleh
karena kepribadian merupakan kombinasi pemikiran, perasaan dan perilaku, maka
kepribadian seseorang tidak akan pernah sama dengan yang lain sekalipun anak
kembar. Sehingga setiap konsumen tidak akam memberikan respon yang sama untuk
setiap stimuli pemasaran yang di sediakan konsumen. Bagi manajer pemasaran,
kepribadian dapat digunakan sebagai acuan untuk membagi pasar dalam beberapa
kelompok.
·
Konsisten
Pola
tersebut memiliki keteraturan dan keseragaman perilaku. Intinya seseorang
bertindak dengan cara yang sama untuk berbagai situasi yang berbeda. Meskipun
kepribadian bersifat jangka panjang, namun perilaku yang Nampak dapat
bervariasi karena adanya pengaruh lingkungan, social budaya, psokologis dan
situasional.Hal ini wajar karena kepribadian hanyalah satu dari sekian banyak
factor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
·
Psikologis dan Fisiologis
Kepribadian
adalah konsep psikologis, namun para peneliti berpendapat bahwa kepribadian
juga dipengaruhi oleh proses biologis dan kebutuhan manusia.
·
Akibat dari perilaku
Kepribadian
tidak saja mempengaruhi bagaimana cara konsumen bertindak dan merespon
lingkungan tetapi juga cara mana yang digunakan.
·
Kepribadian dapat berubah
Dalam
beberapa situasi yang signifikan kepribadian dapat berubah. Seorang perempuan
yang baru melahirkan anaknya akan mengalami perubahan kepribadian dari seorang
gadis menjadi seorang ibu. Namun demikian perubahan kepribadian ini akan
berjalan bertahap.
·
Kepribadian berinteraksi dengan situasi
Misalnya
dalam situasi pembelian (pemenuhan kebutuhan), orang yang dogmatic tidak akan
seberani orang yang inovatif dalam membeli produk baru. Sampai sekarang masih
ada juga orang yangfanatic pada
produk dari Negara tertentu yang dipandang sebagai Negara berteknologi tinggi
dan memproduksi produk-produk yang berkualitas.
B.
Model Motivasi Kepribadian
Motivasi
menurut American Encyclopedia adalah
kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan) dalam diri
sesoerang yang membangkitkan topangan dan tindakan.Motivasi meliputi factor
kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan
tingkah laku manusia.
Dengan
demikian motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang
menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama,bekerja efektif
dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.motivasi
konsumen adalah keadaan di dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan. Dengan
adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan suatu perilaku yang
diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi
adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang
diinginkan.
Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali berhubungan dengan kepuasan konsumen.Untuk itu perusahaan selalu berusaha untuk membangun kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam konteks perilaku konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai.kebutuhan menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu.Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku.Artinya jika kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih peka terhadap usaha motivasi para konsumen.
Dinamika Proses Motivasi
Motivasi
menurut American Encyclopedia adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan
pokok pertentangan) dalam diri sesoerang yang membangkitkan topangan dan
tindakan.Motivasi meliputi factorkebutuhan biologis dan emosional
yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia.
Dengan demikian motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama,bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.motivasi konsumen adalah keadaan di dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan.
Dengan demikian motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama,bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.motivasi konsumen adalah keadaan di dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan.
Dengan
adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan suatu perilaku yang
diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi
adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang
diinginkan.
Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali berhubungan dengan kepuasan konsumen.Untuk itu perusahaan selalu berusaha untuk membangun kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam konteks perilaku konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai.kebutuhan menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu.Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku.Artinya jika kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih peka terhadap usaha motivasi para konsumen.
Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali berhubungan dengan kepuasan konsumen.Untuk itu perusahaan selalu berusaha untuk membangun kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam konteks perilaku konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai.kebutuhan menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu.Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku.Artinya jika kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih peka terhadap usaha motivasi para konsumen.
Proses Motivasi:
1.
Tujuan. Perusahaan harus bisa menentukan
terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai, baru kemudian konsumen dimotivasi ke
arah itu.
2.
Mengetahui kepentingan. Perusahaan harus bisa mengetahui
keinginan konsumen tidak hanya dilihat dari kepentingan perusahaan semata.
3.
Komunikasi efektif. Melakukan komunikasi dengan baik
terhadap konsumen agar konsumem dapat mengetahui apa yang harus mereka lakukan
dan apa yang bisa mereka dapatkan.
4.
Integrasi tujuan. Proses motivasi perlu untuk
menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan konsumen. Tujuan perusahaan
adalah untuk merncari laba serta perluasan pasar. Tujuan individu konsumen
adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan kedua kepentingan di atas harus
disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.
5.
Fasilitas. Perusahaan memberikan fasilitas
agar konsumen mudah mendapatkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan.
Kegunaan dan Stabilitas Pola Motivasi
Motivasi
merupakan dorongan/tenaga pendorong pada diri individu/seseorang untuk
melakukan sesuatu guna memenuhi kebutuhannya yang belum terpenuhi.Motivasi
konsumen
Dalam menjawab pertanyaan mengenai mengapa seseorang membeli produk tertentu, hal ini berhubungan dengan motivasi seorang konsumen.Motivasi konsumen mewakili dorongan untuk memuaskan kebutuhan baik yang bersifat fisiologis maupun psikologis melalui pembelian dan penggunaan suatu produk.
Dalam menjawab pertanyaan mengenai mengapa seseorang membeli produk tertentu, hal ini berhubungan dengan motivasi seorang konsumen.Motivasi konsumen mewakili dorongan untuk memuaskan kebutuhan baik yang bersifat fisiologis maupun psikologis melalui pembelian dan penggunaan suatu produk.
C.
Teori Kepribadian
Terdapat banyak teori tentang bagaimana
sebuah kepribadian berkembang. Paling tidak terdapat 3 perspektif pada
kepribadian yaitu :
1.
Psychodynamic Theory
Teori ini diciptakan oleh Sigmund
Freud dan merupakan tonggak awal psikologi modern.Disini dirumuskan dengan
premis bahwa kebutuhan atau dorongan yang tidak disadari (unconscious need) konsumen terutama dorongan
biologis dan seksual merupakan inti dari motivasi dan kepribadian. Ada tiga sistem
yang berinteraksi didalam kepribadian manusia:
-
Id:
merupakan pusat dari semua
dorongan-dorongan primitive dan impulsive.
-
Superego:
merupakan ekspresi individual
tentang perilaku yang dibenarkan menurut norma dan etika social.
-
Ego:merupakan pengendalian diri yang
disadari oleh individu.
Beberapa cara atau metode yang
digunakan individu untuk mengatasi masalah psikologis yaitu :
a.
Identifikasi
Bila individu menggunakan metode
ini, maka mereka akan mengadopsi metode orang lain yang telah terbukti berhasil
mengatasi masalah psikologi. Misalkan menggunakan produk yang sama dengan yang
biasa digunakan oleh keluarganya.
b.
Represi
Individu dapat mengendalikan
kebutuhan fisiologis dengan membiarkan kebutuhan tersebut tak
terpuaskan.Misalkan konumen menahan diri untuk tidak mengeluh ketika penjual
mengecewakan.
c.
Displacement
Individu berupaya mengkonversikan
kebutuhan fisiologisnya dalam bentuk yang lebih dapat diterima.Misalkan
manggati kebiasaan merokok dengan mengkonsumsi permen rokok.
d.
Prosyeksi
Individu berupaya untuk
menyelesaikan konflik psikologis yang dihadapinya dengan menyalahkan orang
lain.
e.
Rasionalisasi
Individu menciptakan pemikiran
rasional untuk suatu tindakan dari pada mengakui kebenaran dari tindakan
tersebut. Misalkan seorang konsumen mengaku lebih menyukai Toyota Kijang dari
pada Toyota Altis, karena bentuknya yang lega, namun sesunghnya ia tidak mampu
membeli Toyota Altis.
2.
Neo-Freudian Personality Theory
Berbeda dari pandangan Freud bahwa
kepribadian bahwa kepribadian bersumber dari insting manusia secara
alamiah, Karen Hornet, salah satu peneiliti teori ini mengajukan
sebuah mekanisme yang dilalui individual dalam rangka mencari jalan keluar dari
konflik yang menggelisahkan. Menurutnya individu dapat dibedakan menjadi 3
kepribadian yaitu:
·
Compliant Individual
Individu-individu yang cenderung
mendekati orang lain. Mereka memepunyai hasrat untuk dikasihi, diingini, dan
dihargai.
·
Aggressives Individual
Individu-individu yang cenderung
menentang orang lain. Mereka mempunyai hasrat untuk berprestasi dan mendapatkan
pujian.
·
Detached Individual
Individu-individu yang cenderung
menjauhi orang lain. Mereka suka kemandirian, kemerdekaan, kebebasan dari
kebajiban.
3.
Trait
Theory
Trait Theory menggunakan asumsi (1)
bahwa semua individu memilik karakter berbeda, (2) karakter tersebut bersifat
konsisten dan dapat diukur perbedaanya antara individu yang satu dengan yang
lain.
Costa dan McCrae (1992;dalam Walzuch,2001),
membagi karakter manusia menjadi 5 yaitu :
1) Extraversion
Manusia memiliki karakter
extraversion adalah mereka yang suka berada didunia lain selain dunia mereka.
Mereka adalah manusiaekstrovert yang focus pada dunia luar, lebih
bersifat social, tidak terlalu peduli dan cepat sekali berubah.
2) Neurotism
Karakter ini ditandai dengan kondisi
emosi yang tidak stabil, pesimis dan kepercayaan diri yang rendah.
3) Agreebleness
Manusia yang memiliki karakter ini
cenderung berkeyakinan posotif dan menghargai nilai-nilai orang lain, mereka
sangat peduli pada norma-norma masyarakat. Manusia dengan karakter ini adalah
mereka yang dapat sangat dipercaya.
4) Conscientiousness
Karakter ini ditandai dengan sikap
bertanggung jawab, penuh dedikasi, dan dapat dipercaya.Mereka yang berkarakterconscientiousness cenderung
mengambil keputusan dengan serius dan sangat hati-hati.
5) Openess
to experience
Jika seseorang memiliki karakter ini
maka akan nampak pada keterbukaan cara berpikir dan mau menerima konsep-konsep
baru. Umumnya mereka akan membuat keputusan yang tidak konservatif.
D. Pemahaman
Perbedaan Konsumen
Perbedaan
Perilaku Terkait Gender
Pembedaan respon pria dan wanita dapat ditelusuri
dari sisi biologis dan psikologis.Dari sisi biologis, terdapat teori perbedaan
komposisi hormon dan teori laterisasi otak. Teori perbedaan hormon mengemukakan
bahwa perbedaan komposisi hormon pada pria dan wanita menghasilkan perbedaan
emosi, kepribadian, ketertarikan hingga sifat agresif antara pria dan wanita
sehingga menghasilkan perilaku yang berbeda ketika dihadapkan oleh suatu
stimulus (Berenbaum 1990, Costa Terracciano dan McRae 2001, Maccoby dan Jacklin
1974, Putrevu 2001). Sementara teori lateralisasi otak ( Brain lateralization) dari Sperry & Levy (1970) membagi otak
menjadi dua hemisfer, yaitu hemisfer kanan yang berhubungan dengan kemampuan
spasial dan hemisfer kiri yang berhubungan dengan kemampuan verbal, dan
menemukan bahwa pada otak pria terdapat kecenderungan melakukan proses
terspesialisasi dengan kekuatan pada otak kanan sehingga memiliki kemampuan
spasial tinggi, sementara otak wanita memproses secara lebih simetris dengan
kekuatan pada otak kiri sehingga memiliki kemampuan verbal lebih tinggi (Knox
& Kimura 1970, Saucier & Elias 2000).
Dari sisi psikologis dan sosial, terdapat teori Gender-Role Identification (Nash 1975)
yang membedakan perilaku antara pria dan wanita dimulai dari identifikasi yang
dilakukan seseorang dimasa kanak kanak sebagai maskulin atau feminin, dan
kemudian diperkuat dengan mencocokkan pribadinya dengan perilaku, motivasi dan
perasaan yang sesuai dengan peran gender yang berlaku dalam lingkungan
sosialnya. Social Role Theory (Eagly
1987) menjelaskan perbedaan perilaku pria dan wanita dari pembagian kerja yang
berlaku sejak daman dahulu dan menciptakan ekspektasi gender yang menghasilkan
perbedaan kepribadian dan perilaku sosial, dimana pria lebih berorientasi
terhadap kepemimpinan sahingga menjadi lebih agresif dan individual, sementara
wanita lebih peduli sesama dan bersifat komunal.
Perbedaan
Perilaku Konsumen Terkait Gender
Demikian ketika dihadapkan dalam situasi konsumsi,
berbagai riset mengkonfirmasi bahwa pria dan wanita memberikan respon yang
berbeda. Misalnya dalam pola konsumsi, Riset Hirschman dan Thompsonn (1997)
menemui kesimpulan bahwa perilaku wanita dan pria dalam konsumsi, khususnya
pada saat berbelanja, berbeda secara signifikan, baik dari segi belief, attitude hingga perilaku yang
dapat diobservasi. Begitu pula terkait respon terhadap stimulus berupa iklan,
riset Prakash (1992), riset Myers-Levy & Strenthal (1991), riset Campbell
(1995), riset Putrevu (1994) dan lain-lain menunjukkan bahwa wanita dan pria
memberikan respon yang berbeda secara signifikan terhadap kombinasi stimulus
yang diberikan.
Myers-Levy dalam risetnya di tahun 1989 memunculkan The SelectivityHyphothesis yang mengajukan bahwa pria lebih cenderung
bersikap sebagai Selective Processors
yang tidak mengelaborasi isi pesan secara mendetail, sementara wanita bertindak
sebagai Comprehensive Processor yang
mengasimilasikan seluruh informasi yang ada sebelum menilai sesuatu ketika
dihadapkan dengan pesan iklan yang tidak rumit. Riset lanjutan oleh Myers-Levy
dan Strenthal (1991) juga menemukan bahwa wanita memiliki ambang batas
perhatian ( attention treshold) yang
lebih rendah dalam menangkap dan memproses pesan iklan sehingga dibutuhkan daya
tarik yang lebih rendah untuk menarik 40 perhatian wanita dibandingkan dengan
pria yang memiliki treshold lebih
tinggi. Atas dasar Selectivity Hypothesis
Myers-Levy ini, peneliti
mengembangkan model riset, dimana peneliti ingin mengungkapkan sejauh apa
perbedaan mendasar pada strategi kognitif antara pria dan wanita menyebabkan
respon yang berbeda pada tahap afektif dan konatif sebagai sekuens Perilaku Konsumen
menurut frameworkHierarchy of Effects yang diajukan Lavidge-Steiner.
E. Kepribadian
Merek
F.
Diri
dan Citra Diri
Citra diri atau persepsi mengenai diri sangat erat
hubungannya dengan kepribadian, dimana orang cenderung membeli produk dan jasa
serta menjadi pelanggan perusahan ritel yang mempunyai citra atau kepribadian
yang cocok dengan citra diri mereka sendiri.
·
Satu
atau Banyak Pribadi
Secara historis, individu dianggap
mempunyai ciri-ciri tunggal dan tertarik, sebagai konsumen, pada produk dan
jasa yang dapat memuaskan pribadi yang tunggal itu. Tetapi akan lebih tepat
menganggap bahwa konsumen mempunyai banyak pribadi. Konsumen tunggal mungkin
bertindak sangat berbeda terhadap orang lain yang berbeda-beda dan dalam
keadaan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, seseorang mungkin akan berperilaku
dengan cara yang berbeda kepada orang tua, di sekolah, di kantor, menunjukkan
kepribadian atau peran yang berbeda-beda sesuai situasi yang dihadapi. Gagasan
bahwa seorang individu mewujudkan sejumlah pribadi yang berbeda meminta para
pemasar supaya membidik produk dan jasa mereka kepada konsumen dalam konteks
pribadi yang khusus dan dalam kasus-kasus tertentu, pilihan produk yang berbeda
untuk diri yang berbeda.
·
Susunan
Citra Diri
Produk dan merek mempunyai nilai
simbolis bagi para individu yang menilainya atas dasar konsistensi (kesesuaian)
dengan citra pribadi mereka sendiri.Pada umumnya, orang percaya bahwa konsumen
berusaha memelihara atau meningkatkan citra diri mereka dengan memilih produk
atau merek yang mempunyai citra atau kepribadian yang mereka yakini sesuai
dengan citra diri mereka sendiri dan mengindari produk yang tidak sesuai.Riset
menunjukkan bahwa para konsumen yang mempunyai hubungan yang kuat dengan
merek-merek khusus – hubungan pribadi – merek yang positif – memandang merek
tersebut sebagai mewakili aspek tertentu dalam diri mereka.
Berikut ini adalah beberapa ragam
dari citra diri:
(1)
Citra
Diri Aktual. Yaitu bagaimana konsumen memandang
diri mereka dalam kenyataannya.
(2)
Citra
Diri Ideal. Yaitu bagaimana konsumen ingin memandang diri
mereka.
(3)
Citra
Diri Sosial. Yaitu bagaimana konsumen merasa orang
lain memandang mereka.
(4)
Citra
Diri Sosial Ideal. Yaitu bagaimana konsumen ingin
dipandang oleh orang lain.
(5)
Citra
Diri yang Diharapkan. Yaitu bagaimana konsumen diharapkan
memandang diri mereka di waktu tertentu di masa yang akan datang.
Citra diri yang diharapkan berada di
antara citra diri aktual dan citra diri ideal, yang merupakan kombinasi yang
berorientasi ke masa depan antara “apa adanya” (citra diri aktual) dan
“menjadi” apa yang diingini konsumen (citra diri ideal) sehingga dijadikan
pedoman untuk merancang dan mempromosikan produk. Konsep citra diri mempunyai
implikasi strategis bagi para pemasar yaitu dengan membagi pasar mereka atas
dasar citra mereka menurut posisi citra diri tersebut.
·
Perluasan
Diri
Saling keterkaitan antara citra
diri konsumen dan kepemilikannya (barang-barang yang mereka sebut “milik”
mereka) menegaskan atau memperluas citra diri mereka. Contohnya, seorang anak
belasan tahun dapat memandang dirinya sebagai “lebih didambakan, lebih modern,
dan lebih sukses” karena ia memiliki “sepasang sepatu karet model tahun
terakhir” yang diburu banyak emosi manusia, dapat dihubungkan dengan
kepemilikan yang berharga sehingga kepemilikan tersebut dapat dianggap sebagai
perluasan diri. Kepemilikan dapat memperluas diri dengan beberapa cara:
(1) Secara
aktual, dengan memberi kesempatan seseorang melakukan hal-hal yang biasanya
akan sangat sulit atau mustahil diselesaikan sendiri.
(2) Secara
simbolis, dengan membuat orang itu merasa lebih baik atau “lebih besar”.
(3) Dengan
memberikan status atau peringkat.
(4) Dengan
memberikan perasaan abadi dengan mewariskan barang milik yang berharga kepada
anggota keluarga yang lebih muda.
(5) Dengan
memberkahi dengan kekuatan gaib.
·
Mengubah
Diri
Kadang-kadang para konsumen ingin
mengubah diri mereka menjadi pribadi yang berbeda “bertambah baik”. Pakaian,
alat bantu perawatan atau kosmetik, dan segala macam aksesoris yang memberikan
peluang kepada konsumen untuk mengubah penampilan mereka dan dengan cara
demikian dapat merubah pribadi mereka. Dengan berbagai produk untuk mengubah
diri, para konsumen sering menyatakan individualisme dan keunikan mereka dengan
menciptakan pribadi yang baru, dengan mempertahankan pribadi yang sudah ada dan
memperluasnya.
·
Keangkuhan
dan Perilaku Konsumen (Menurut Hasil Penelitian)
1. Keangkuhan
Fisik. Perhatian yang berlebihan terhadap dan/atau pandangan yang positif atau
terlalu tinggi terhadap penampilan fisik seseorang.
2. Keangkuhan
Prestasi. Perhatian yang berlebihan terhadap dan/atau pandangan yang positif
atau terlalu tinggi terhadap prestasi pribadi seseorang.
Kedua gagasan ini berkaitan dengan
materialism, pemakaian kosmetik, perhatian pada pakaian, dll.
G.
Kepribadian
yang Sebenarnya
Gagasan kepribadian virtual atau diri virtual
memberi kesempatan kepada individu untuk mencoba kepribadian yang berbeda atau
identitas yang berbeda. Jika kepribadian itu sesuai, maka kepribadian dapat
ditingkatkan, orang mungkin akan memutuskan untuk memelihara kepribadian baru
dengan memperbaiki kepribadian lama. Adanya internet telah mendefinisikan
kembali identitas manusia dengan menciptakan “pribadi online”.Dari sudut
pandang perilaku konsumen, kesempatan untuk mencoba kepribadian baru dapat
menimbulkan perubahan dalam bentuk perilaku membeli yang dipilih, yang pada
gilirannya dapat memberikan peluang baru kepada para
pemasar untuk menargetkan berbagai “pribadi online”.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Setiap individu tanpa disadari
maupun tidak, selalu mempunyai selera dan kepribadian yang berbeda-beda.Hal ini
dapat dilihat dari pilihan-pilihan yang diajukan oleh konsumen kepada produsen.
Setiap konsumen yang tentunya mempunyai kepribadian yang berbeda-beda pasti
akan memilih sebuah produk yang sesuai dengan kepribadiannya. Namun saat ini
ada beberapa kasus yang memperlihatkan kepada kita, bahwa ada beberapa konsumen
yang bahkan ingin merubah kepribadian lamanya menjadi kepribadian yang baru,
dengan memilih produk yang saat itu sedang “booming” di masanya agar mendapat
pengakuan dari lingkungan sekitarnya.
B.
SARAN
Dengan adanya “fashion-fashion”
terbaru, produsen tentunya harus lebih mengetahui apa yang saat ini sedang
dipuja-puja oleh mayoritas konsumen. Hal ini dilakukan agar konsumen tidak
merasa dikecewakan oleh produsen dan produsen pun mempunyai income yang lebih
besar.Selain itu, produsen juga bisa melakukan inovasinya sendiri, yaitu dengan
membuat sebuah “fashion” dan menawarkannya kepada para konsumen.Tindakan ini
mungkin tidak mudah, tetapi dengan sebuah teori motivasi, produsen dapat
mempengaruhi konsumen untuk memilih dan mempromosikan produknya agar semakin
dikenal oleh berbagai kalangan konsumen.
SUMBER
A.A. Anwar Prabu Mangunegara “Perilaku Konsumen”:
Bab 1
Sciffman, Leon G, ; Leslie Lazar Kanuk. Consumer BehaviourI, Prentice Hall, New
Jersey, 1999
Supranto dan Nandan “Perilaku Konsumen”: Bab 5
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126012-5923-Perbedaan%20perilaku-Literatur.pdf