Sabtu, 25 Oktober 2014

Perilaku konsumen


    A.  LATAR BELAKANG
Pemahaman akan perilaku konsumen adalah tugas penting bagi para pemasar. Para pemasar mencoba memahami perilaku pembelian konsumen agar mereka dapat menawarkan kepuasan yang lebih besar kepada konsumen. Tapi bagaimanapun juga ketidakpuasan konsumen sampai tingkat tertentu masih akan ada. Beberapa pemasar masih belum menerapkan konsep pemasaran sehingga mereka tidak berorientasi pada konsumen dan tidak memandang kepuasan konsumen sebagai tujuan utama. Lebih jauh lagi karena alat menganalisis perilaku konsumen tidak pasti, para pemasar kemungkinan tidak mampu menetapkan secara akurat apa sebenarnya yang dapat memuaskan para pembeli. Sekalipun para pemasar mengetahui faktor yang meningkatkan kepuasan konsumen, mereka belum tentu dapat memenuhi faktor tersebut.
Tak diragukan lagi, konsumen tergolong aset paling berharga bagi semua bisnis.Tanpa dukungan mereka, suatu bisnis tidak bisa eksis.Sebaliknya jika bisnis kita sukses memberikan pelayanan terbaik, konsumen tidak hanya membantu bisnis kita tumbuh. Lebih dari itu, mereka biasanya akan membuat rekomendasi untuk teman dan relasinya.
B.     RUMUSAN MASALAH
1)      Apa itu definisi kepribadian dan perilaku konsumen?
2)      Bagaimana model motivasi kepribadian serta teorinya?
3)      Bagaimana pemahaman perbedaan konsumen?
4)      Apa itu kepribadian merek, diri dan citra diri, serta kepribadian yang sebenarnya?

C.    TUJUAN
1)      Untuk mengetahui definisi kepribadian dan perilaku konsumen.
2)      Untuk mengetahui seperti apa model motivasi kepribadian dan teorinya.
3)      Untuk lebih memahami perbedaan konsumen.
4)      Untuk mengetahui apa yang disebut dengan kepribadian merek, diri dan citra diri, serta kepribadian yang sebenarnya.





BAB II
PEMBAHASAN

        A.    Definisi/Pengertian:
Kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang menentukan dan merefleksikan bagaimana seseorang merespon lingkungannya (Schiffman &Kanuk , 2000). Berdasarkan definisi ini maka Nampak bahwa yang ditekankan adalah karakter-karakter internal termasuk didalamnya berbagai atribut, sifat, tindakan yang membedakannya dengan orang lain.
Secara praktis konsep kepribadian dapat didifinisikan sebagai seperangkat pola perasaan, pemikiran dan perilaku yang unik yang menjadi standar respon konsumen untuk berbagai situasi. Pola ini memiliki beberapa ciri khas yaitu:
·         Mencerminkan perbedaan individu
Oleh karena kepribadian merupakan kombinasi pemikiran, perasaan dan perilaku, maka kepribadian seseorang tidak akan pernah sama dengan yang lain sekalipun anak kembar. Sehingga setiap konsumen tidak akam memberikan respon yang sama untuk setiap stimuli pemasaran yang di sediakan konsumen. Bagi manajer pemasaran, kepribadian dapat digunakan sebagai acuan untuk membagi pasar dalam beberapa kelompok.
·         Konsisten
Pola tersebut memiliki keteraturan dan keseragaman perilaku. Intinya seseorang bertindak dengan cara yang sama untuk berbagai situasi yang berbeda. Meskipun kepribadian bersifat jangka panjang, namun perilaku yang Nampak dapat bervariasi karena adanya pengaruh lingkungan, social budaya, psokologis dan situasional.Hal ini wajar karena kepribadian hanyalah satu dari sekian banyak factor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
·         Psikologis dan Fisiologis
Kepribadian adalah konsep psikologis, namun para peneliti berpendapat bahwa kepribadian juga dipengaruhi oleh proses biologis dan kebutuhan manusia.
·         Akibat dari perilaku
Kepribadian tidak saja mempengaruhi bagaimana cara konsumen bertindak dan merespon lingkungan tetapi juga cara mana yang digunakan.
·         Kepribadian dapat berubah
Dalam beberapa situasi yang signifikan kepribadian dapat berubah. Seorang perempuan yang baru melahirkan anaknya akan mengalami perubahan kepribadian dari seorang gadis menjadi seorang ibu. Namun demikian perubahan kepribadian ini akan berjalan bertahap.
·         Kepribadian berinteraksi dengan situasi
Misalnya dalam situasi pembelian (pemenuhan kebutuhan), orang yang dogmatic tidak akan seberani orang yang inovatif dalam membeli produk baru. Sampai sekarang masih ada juga orang yangfanatic pada produk dari Negara tertentu yang dipandang sebagai Negara berteknologi tinggi dan memproduksi produk-produk yang berkualitas.

      B.     Model Motivasi Kepribadian
Motivasi menurut American Encyclopedia adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan) dalam diri sesoerang yang membangkitkan topangan dan tindakan.Motivasi meliputi factor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia.

Dengan demikian motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama,bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.motivasi konsumen adalah keadaan di dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan. Dengan adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan suatu perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang diinginkan.

Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali berhubungan dengan kepuasan konsumen.Untuk itu perusahaan selalu berusaha untuk membangun kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam konteks perilaku konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai.kebutuhan menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu.Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku.Artinya jika kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih peka terhadap usaha motivasi para konsumen.

Dinamika Proses Motivasi
Motivasi menurut American Encyclopedia adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan) dalam diri sesoerang yang membangkitkan topangan dan tindakan.Motivasi meliputi factorkebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia.
Dengan demikian motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama,bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.motivasi konsumen adalah keadaan di dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan.

Dengan adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan suatu perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang diinginkan.
Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali berhubungan dengan kepuasan konsumen.Untuk itu perusahaan selalu berusaha untuk membangun kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam konteks perilaku konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai.kebutuhan menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu.Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku.Artinya jika kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih peka terhadap usaha motivasi para konsumen.


Proses Motivasi:
1.      Tujuan. Perusahaan harus bisa menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai, baru kemudian konsumen dimotivasi ke arah itu.
2.      Mengetahui kepentingan. Perusahaan harus bisa mengetahui keinginan konsumen tidak hanya dilihat dari kepentingan perusahaan semata.
3.      Komunikasi efektif. Melakukan komunikasi dengan baik terhadap konsumen agar konsumem dapat mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan apa yang bisa mereka dapatkan.
4.      Integrasi tujuan. Proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan konsumen. Tujuan perusahaan adalah untuk merncari laba serta perluasan pasar. Tujuan individu konsumen adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan kedua kepentingan di atas harus disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.
5.      Fasilitas. Perusahaan memberikan fasilitas agar konsumen mudah mendapatkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.

Kegunaan dan Stabilitas Pola Motivasi
Motivasi merupakan dorongan/tenaga pendorong pada diri individu/seseorang untuk melakukan sesuatu guna memenuhi kebutuhannya yang belum terpenuhi.Motivasi konsumen
Dalam menjawab pertanyaan mengenai mengapa seseorang membeli produk tertentu, hal ini berhubungan dengan motivasi seorang konsumen.Motivasi konsumen mewakili dorongan untuk memuaskan kebutuhan baik yang bersifat fisiologis maupun psikologis melalui pembelian dan penggunaan suatu produk.

             C.    Teori Kepribadian
Terdapat banyak teori tentang bagaimana sebuah kepribadian berkembang. Paling tidak terdapat 3 perspektif pada kepribadian yaitu :
1.      Psychodynamic Theory
Teori ini diciptakan oleh Sigmund Freud dan merupakan tonggak awal psikologi modern.Disini dirumuskan dengan premis bahwa kebutuhan atau dorongan yang tidak disadari (unconscious need) konsumen terutama dorongan biologis dan seksual merupakan inti dari motivasi dan kepribadian. Ada tiga sistem yang berinteraksi didalam kepribadian manusia:
-          Id: merupakan pusat dari semua dorongan-dorongan primitive dan impulsive.
-          Superego: merupakan ekspresi individual tentang perilaku yang dibenarkan menurut norma dan etika social.
-          Ego:merupakan pengendalian diri yang disadari oleh individu.
Beberapa cara atau metode yang digunakan individu untuk mengatasi masalah psikologis yaitu :
a.      Identifikasi
Bila individu menggunakan metode ini, maka mereka akan mengadopsi metode orang lain yang telah terbukti berhasil mengatasi masalah psikologi. Misalkan menggunakan produk yang sama dengan yang biasa digunakan oleh keluarganya.
b.      Represi
Individu dapat mengendalikan kebutuhan fisiologis dengan membiarkan kebutuhan tersebut tak terpuaskan.Misalkan konumen menahan diri untuk tidak mengeluh ketika penjual mengecewakan.
c.       Displacement
Individu berupaya mengkonversikan kebutuhan fisiologisnya dalam bentuk yang lebih dapat diterima.Misalkan manggati kebiasaan merokok dengan mengkonsumsi permen rokok.
d.      Prosyeksi
Individu berupaya untuk menyelesaikan konflik psikologis yang dihadapinya dengan menyalahkan orang lain.
e.       Rasionalisasi
Individu menciptakan pemikiran rasional untuk suatu tindakan dari pada mengakui kebenaran dari tindakan tersebut. Misalkan seorang konsumen mengaku lebih menyukai Toyota Kijang dari pada Toyota Altis, karena bentuknya yang lega, namun sesunghnya ia tidak mampu membeli Toyota Altis.
2.      Neo-Freudian Personality Theory
Berbeda dari pandangan Freud bahwa kepribadian bahwa kepribadian bersumber dari insting manusia secara alamiah, Karen Hornet, salah satu peneiliti teori ini mengajukan sebuah mekanisme yang dilalui individual dalam rangka mencari jalan keluar dari konflik yang menggelisahkan. Menurutnya individu dapat dibedakan menjadi 3 kepribadian yaitu:
·         Compliant Individual
Individu-individu yang cenderung mendekati orang lain. Mereka memepunyai hasrat untuk dikasihi, diingini, dan dihargai.

·         Aggressives Individual
Individu-individu yang cenderung menentang orang lain. Mereka mempunyai hasrat untuk berprestasi dan mendapatkan pujian.
·         Detached Individual
Individu-individu yang cenderung menjauhi orang lain. Mereka suka kemandirian, kemerdekaan, kebebasan dari kebajiban.
3.      Trait Theory
Trait Theory menggunakan asumsi (1) bahwa semua individu memilik karakter berbeda, (2) karakter tersebut bersifat konsisten dan dapat diukur perbedaanya antara individu yang satu dengan yang lain.
Costa dan McCrae (1992;dalam Walzuch,2001), membagi karakter manusia menjadi 5 yaitu :
1)      Extraversion
Manusia memiliki karakter extraversion adalah mereka yang suka berada didunia lain selain dunia mereka. Mereka adalah manusiaekstrovert yang focus pada dunia luar, lebih bersifat social, tidak terlalu peduli dan cepat sekali berubah.
2)      Neurotism
Karakter ini ditandai dengan kondisi emosi yang tidak stabil, pesimis dan kepercayaan diri yang rendah.
3)      Agreebleness
Manusia yang memiliki karakter ini cenderung berkeyakinan posotif dan menghargai nilai-nilai orang lain, mereka sangat peduli pada norma-norma masyarakat. Manusia dengan karakter ini adalah mereka yang dapat sangat dipercaya.
4)      Conscientiousness
Karakter ini ditandai dengan sikap bertanggung jawab, penuh dedikasi, dan dapat dipercaya.Mereka yang berkarakterconscientiousness cenderung mengambil keputusan dengan serius dan sangat hati-hati.
5)      Openess to experience
Jika seseorang memiliki karakter ini maka akan nampak pada keterbukaan cara berpikir dan mau menerima konsep-konsep baru. Umumnya mereka akan membuat keputusan yang tidak konservatif.

     D.    Pemahaman Perbedaan Konsumen
Perbedaan Perilaku Terkait Gender
Pembedaan respon pria dan wanita dapat ditelusuri dari sisi biologis dan psikologis.Dari sisi biologis, terdapat teori perbedaan komposisi hormon dan teori laterisasi otak. Teori perbedaan hormon mengemukakan bahwa perbedaan komposisi hormon pada pria dan wanita menghasilkan perbedaan emosi, kepribadian, ketertarikan hingga sifat agresif antara pria dan wanita sehingga menghasilkan perilaku yang berbeda ketika dihadapkan oleh suatu stimulus (Berenbaum 1990, Costa Terracciano dan McRae 2001, Maccoby dan Jacklin 1974, Putrevu 2001). Sementara teori lateralisasi otak ( Brain lateralization) dari Sperry & Levy (1970) membagi otak menjadi dua hemisfer, yaitu hemisfer kanan yang berhubungan dengan kemampuan spasial dan hemisfer kiri yang berhubungan dengan kemampuan verbal, dan menemukan bahwa pada otak pria terdapat kecenderungan melakukan proses terspesialisasi dengan kekuatan pada otak kanan sehingga memiliki kemampuan spasial tinggi, sementara otak wanita memproses secara lebih simetris dengan kekuatan pada otak kiri sehingga memiliki kemampuan verbal lebih tinggi (Knox & Kimura 1970, Saucier & Elias 2000).

Dari sisi psikologis dan sosial, terdapat teori Gender-Role Identification (Nash 1975) yang membedakan perilaku antara pria dan wanita dimulai dari identifikasi yang dilakukan seseorang dimasa kanak kanak sebagai maskulin atau feminin, dan kemudian diperkuat dengan mencocokkan pribadinya dengan perilaku, motivasi dan perasaan yang sesuai dengan peran gender yang berlaku dalam lingkungan sosialnya. Social Role Theory (Eagly 1987) menjelaskan perbedaan perilaku pria dan wanita dari pembagian kerja yang berlaku sejak daman dahulu dan menciptakan ekspektasi gender yang menghasilkan perbedaan kepribadian dan perilaku sosial, dimana pria lebih berorientasi terhadap kepemimpinan sahingga menjadi lebih agresif dan individual, sementara wanita lebih peduli sesama dan bersifat komunal.
Perbedaan Perilaku Konsumen Terkait Gender
Demikian ketika dihadapkan dalam situasi konsumsi, berbagai riset mengkonfirmasi bahwa pria dan wanita memberikan respon yang berbeda. Misalnya dalam pola konsumsi, Riset Hirschman dan Thompsonn (1997) menemui kesimpulan bahwa perilaku wanita dan pria dalam konsumsi, khususnya pada saat berbelanja, berbeda secara signifikan, baik dari segi belief, attitude hingga perilaku yang dapat diobservasi. Begitu pula terkait respon terhadap stimulus berupa iklan, riset Prakash (1992), riset Myers-Levy & Strenthal (1991), riset Campbell (1995), riset Putrevu (1994) dan lain-lain menunjukkan bahwa wanita dan pria memberikan respon yang berbeda secara signifikan terhadap kombinasi stimulus yang diberikan.
Myers-Levy dalam risetnya di tahun 1989 memunculkan The SelectivityHyphothesis  yang mengajukan bahwa pria lebih cenderung bersikap sebagai Selective Processors yang tidak mengelaborasi isi pesan secara mendetail, sementara wanita bertindak sebagai Comprehensive Processor yang mengasimilasikan seluruh informasi yang ada sebelum menilai sesuatu ketika dihadapkan dengan pesan iklan yang tidak rumit. Riset lanjutan oleh Myers-Levy dan Strenthal (1991) juga menemukan bahwa wanita memiliki ambang batas perhatian ( attention treshold) yang lebih rendah dalam menangkap dan memproses pesan iklan sehingga dibutuhkan daya tarik yang lebih rendah untuk menarik 40 perhatian wanita dibandingkan dengan pria yang memiliki treshold lebih tinggi. Atas dasar Selectivity Hypothesis  Myers-Levy ini, peneliti mengembangkan model riset, dimana peneliti ingin mengungkapkan sejauh apa perbedaan mendasar pada strategi kognitif antara pria dan wanita menyebabkan respon yang berbeda pada tahap afektif dan konatif sebagai sekuens Perilaku Konsumen menurut frameworkHierarchy of Effects  yang diajukan Lavidge-Steiner.

E.     Kepribadian Merek
Kepribadian merek muncul sebagai akibat dari konsumen asosiasi dengan upaya perusahaan untuk memproyeksikan citra merek tertentu melalui iklan dan komunikasi, dandari atribut merek.Banyak bukti yang ada untukmemperkuat keyakinan bahwa konsumen lebih memilih merek yang lebihcocok dengan diri mereka sendiri-konsep, baik nyata atau ideal.Beberapa ahli juga telah menemukan bahwa manusia dan merekKepribadian bisa saling memperkuat satu sama lain. Dahulu merek sering ditawarkan hanya dengan pendekatan fungsional artinya kinerja atau kemampuan merek untuk memberikan apa yang telah dijanjikannya menjadi hal yang ditonjolkan. Namun kemajuan teknologi telah mengakibatkan kinerja merek sulit dipertahankan sebagai diferensiasi karena kemajuan teknologi telah membuat merek saling bersaing pada kategori yang sama. Diferensiasi yang dapat digunakan saat ini adalah penggunaan nilai-nilai emosional kepribadian target konsumennya ( Ferrindewi : 2008 ).
Kepribadian dapat dikatakan sebagai keseluruhan pemikiran dan perasaannya terhadap dirinya sendiri ( Sirgy : 1992). Konsep kepribadian dapat juga disebut sebagai konsep diri, konsep diri sesungguhnya merupakan struktur kognitif yang ternyata dalam banyak hal berhubungan erat dengan perasaan dan perilaku. Beberapa ahli berpendapat bahwa konsep diri merupakan pengetahuan tentang diri yang termasuk didalamnya mengarahkan prilaku yang lain. Konsep diri merupakan hasil dari proses interaksi antar individu. Namun ada juga yang berpendapat bahwa konsep diri meliputi seluruh variasi hal-hal seperti peran identitas, rasa memiliki, dan simbol lainnya yang digunakan oleh individual untuk pengembangan dan pemahaman diri.
    F.     Diri dan Citra Diri
Citra diri atau persepsi mengenai diri sangat erat hubungannya dengan kepribadian, dimana orang cenderung membeli produk dan jasa serta menjadi pelanggan perusahan ritel yang mempunyai citra atau kepribadian yang cocok dengan citra diri mereka sendiri.
·         Satu atau Banyak Pribadi
Secara historis, individu dianggap mempunyai ciri-ciri tunggal dan tertarik, sebagai konsumen, pada produk dan jasa yang dapat memuaskan pribadi yang tunggal itu. Tetapi akan lebih tepat menganggap bahwa konsumen mempunyai banyak pribadi. Konsumen tunggal mungkin bertindak sangat berbeda terhadap orang lain yang berbeda-beda dan dalam keadaan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, seseorang mungkin akan berperilaku dengan cara yang berbeda kepada orang tua, di sekolah, di kantor, menunjukkan kepribadian atau peran yang berbeda-beda sesuai situasi yang dihadapi. Gagasan bahwa seorang individu mewujudkan sejumlah pribadi yang berbeda meminta para pemasar supaya membidik produk dan jasa mereka kepada konsumen dalam konteks pribadi yang khusus dan dalam kasus-kasus tertentu, pilihan produk yang berbeda untuk diri yang berbeda.
·         Susunan Citra Diri
Produk dan merek mempunyai nilai simbolis bagi para individu yang menilainya atas dasar konsistensi (kesesuaian) dengan citra pribadi mereka sendiri.Pada umumnya, orang percaya bahwa konsumen berusaha memelihara atau meningkatkan citra diri mereka dengan memilih produk atau merek yang mempunyai citra atau kepribadian yang mereka yakini sesuai dengan citra diri mereka sendiri dan mengindari produk yang tidak sesuai.Riset menunjukkan bahwa para konsumen yang mempunyai hubungan yang kuat dengan merek-merek khusus – hubungan pribadi – merek yang positif – memandang merek tersebut sebagai mewakili aspek tertentu dalam diri mereka.


Berikut ini adalah beberapa ragam dari citra diri:
(1)   Citra Diri Aktual. Yaitu bagaimana konsumen memandang diri mereka dalam kenyataannya.
(2)   Citra Diri Ideal. Yaitu bagaimana konsumen ingin memandang diri mereka.
(3)   Citra Diri Sosial. Yaitu bagaimana konsumen merasa orang lain memandang mereka.
(4)   Citra Diri Sosial Ideal. Yaitu bagaimana konsumen ingin dipandang oleh orang lain.
(5)   Citra Diri yang Diharapkan. Yaitu bagaimana konsumen diharapkan memandang diri mereka di waktu tertentu di masa yang akan datang.
Citra diri yang diharapkan berada di antara citra diri aktual dan citra diri ideal, yang merupakan kombinasi yang berorientasi ke masa depan antara “apa adanya” (citra diri aktual) dan “menjadi” apa yang diingini konsumen (citra diri ideal) sehingga dijadikan pedoman untuk merancang dan mempromosikan produk. Konsep citra diri mempunyai implikasi strategis bagi para pemasar yaitu dengan membagi pasar mereka atas dasar citra mereka menurut posisi citra diri tersebut.
·         Perluasan Diri
Saling keterkaitan antara citra diri konsumen dan kepemilikannya (barang-barang yang mereka sebut “milik” mereka) menegaskan atau memperluas citra diri mereka. Contohnya, seorang anak belasan tahun dapat memandang dirinya sebagai “lebih didambakan, lebih modern, dan lebih sukses” karena ia memiliki “sepasang sepatu karet model tahun terakhir” yang diburu banyak emosi manusia, dapat dihubungkan dengan kepemilikan yang berharga sehingga kepemilikan tersebut dapat dianggap sebagai perluasan diri. Kepemilikan dapat memperluas diri dengan beberapa cara:
(1)   Secara aktual, dengan memberi kesempatan seseorang melakukan hal-hal yang biasanya akan sangat sulit atau mustahil diselesaikan sendiri.
(2)   Secara simbolis, dengan membuat orang itu merasa lebih baik atau “lebih besar”.
(3)   Dengan memberikan status atau peringkat.
(4)   Dengan memberikan perasaan abadi dengan mewariskan barang milik yang berharga kepada anggota keluarga yang lebih muda.
(5)   Dengan memberkahi dengan kekuatan gaib.
·         Mengubah Diri
Kadang-kadang para konsumen ingin mengubah diri mereka menjadi pribadi yang berbeda “bertambah baik”. Pakaian, alat bantu perawatan atau kosmetik, dan segala macam aksesoris yang memberikan peluang kepada konsumen untuk mengubah penampilan mereka dan dengan cara demikian dapat merubah pribadi mereka. Dengan berbagai produk untuk mengubah diri, para konsumen sering menyatakan individualisme dan keunikan mereka dengan menciptakan pribadi yang baru, dengan mempertahankan pribadi yang sudah ada dan memperluasnya.
·         Keangkuhan dan Perilaku Konsumen (Menurut Hasil Penelitian)
1.      Keangkuhan Fisik. Perhatian yang berlebihan terhadap dan/atau pandangan yang positif atau terlalu tinggi terhadap penampilan fisik seseorang.
2.      Keangkuhan Prestasi. Perhatian yang berlebihan terhadap dan/atau pandangan yang positif atau terlalu tinggi terhadap prestasi pribadi seseorang.
Kedua gagasan ini berkaitan dengan materialism, pemakaian kosmetik, perhatian pada pakaian, dll.

      G.    Kepribadian yang Sebenarnya
Gagasan kepribadian virtual atau diri virtual memberi kesempatan kepada individu untuk mencoba kepribadian yang berbeda atau identitas yang berbeda. Jika kepribadian itu sesuai, maka kepribadian dapat ditingkatkan, orang mungkin akan memutuskan untuk memelihara kepribadian baru dengan memperbaiki kepribadian lama. Adanya internet telah mendefinisikan kembali identitas manusia dengan menciptakan “pribadi online”.Dari sudut pandang perilaku konsumen, kesempatan untuk mencoba kepribadian baru dapat menimbulkan perubahan dalam bentuk perilaku membeli yang dipilih, yang pada gilirannya dapat memberikan peluang baru kepada para pemasar untuk menargetkan berbagai “pribadi online”.





BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Setiap individu tanpa disadari maupun tidak, selalu mempunyai selera dan kepribadian yang berbeda-beda.Hal ini dapat dilihat dari pilihan-pilihan yang diajukan oleh konsumen kepada produsen. Setiap konsumen yang tentunya mempunyai kepribadian yang berbeda-beda pasti akan memilih sebuah produk yang sesuai dengan kepribadiannya. Namun saat ini ada beberapa kasus yang memperlihatkan kepada kita, bahwa ada beberapa konsumen yang bahkan ingin merubah kepribadian lamanya menjadi kepribadian yang baru, dengan memilih produk yang saat itu sedang “booming” di masanya agar mendapat pengakuan dari lingkungan sekitarnya.

B.     SARAN
Dengan adanya “fashion-fashion” terbaru, produsen tentunya harus lebih mengetahui apa yang saat ini sedang dipuja-puja oleh mayoritas konsumen. Hal ini dilakukan agar konsumen tidak merasa dikecewakan oleh produsen dan produsen pun mempunyai income yang lebih besar.Selain itu, produsen juga bisa melakukan inovasinya sendiri, yaitu dengan membuat sebuah “fashion” dan menawarkannya kepada para konsumen.Tindakan ini mungkin tidak mudah, tetapi dengan sebuah teori motivasi, produsen dapat mempengaruhi konsumen untuk memilih dan mempromosikan produknya agar semakin dikenal oleh berbagai kalangan konsumen.



SUMBER
A.A. Anwar Prabu Mangunegara “Perilaku Konsumen”: Bab 1
Sciffman, Leon G, ; Leslie Lazar Kanuk. Consumer BehaviourI, Prentice Hall, New Jersey, 1999
Supranto dan Nandan “Perilaku Konsumen”: Bab 5

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126012-5923-Perbedaan%20perilaku-Literatur.pdf