Dalam
menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Desember 2015, etika
bisnis menjadi poin penting yang wajib dipegang semua pelaku usaha. Tanpa
adanya etika bisnis, penyelesaian sengketa bisnis melalui lembaga peradilan
maupun di luar pengadilan atau arbitrase akan sia-sia saja.
Pemberlakuan
MEA sudah ada di depan mata. Potensi adanya perselisihan atau sengketa bisnis
pasti akan terjadi. Untuk menghindarinya, etika bisnis harus dijalankan. Ketika
berbisnis, budaya jujur dan sukarela harus ditanamkan. Jika ada utang mesti
dibayar agar tidak muncul sengketa.Jika sudah selesai perkara di arbitrase
tidak memperkarakannya kembali ke pengadilan. Nah sekarang ini kebiasaan itu
tidak banyak dijalankan pelaku usaha sehingga muncul sengketa-sengketa bisnis.
Perusahaan meyakini bahwa prinsip bisnis yang
baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan
berkesinambungan yang dijalankan dengan menaati kaidah-kaidah etika sejalan
dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Bahkan etika bisnis ini pula dapat
menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan, termasuk manajemen dan
menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan
dilandasi moral yang jujur, transparan dan sikap yang profesional.
Ada
beberapa pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis,
yaitu setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya, para pembuat
keputusan memiliki kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan
pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun kelompok serta tiap
orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati.
Ada 4 pilar utama tentang MEA yakni ASEAN
sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal didukung dengan elemen
aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal
yang lebih bebas. Kedua adalah ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi
tinggi dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas
kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce.
Ketiga,
ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi merata dengan elemen
pengembangan usaha kecil dan menengah dan prakarsa integrasi ASEAN untuk
negara-negara Kamboja, Myanmar, Laos dan Vietnam. Terakhir adalah ASEAN sebagai
kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen
pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan dan meningkatkan
peran serta dalam jejaring produksi global.
Ada
7 langkah menghadapi MEA 2015, yakni akses pada hukum dan keadilan, harmonisasi
hukum di negara ASEAN, perpustakaan elektronik, program pelatihan untuk hakim,
hukum perdagangan dan investasi, pusat kajian ASEAN dan alternatif penyelesaian
sengketa.
Agar
lembaga arbitrase ini dapat berjalan efektif dan efisien, kata dia, diperlukan
revisi substansi UU nomor 30/1999 tentang arbitrase, sosialisasi secara
terus-menerus tentang arbitrase ini agar diketahui masyarakat luas, dan para
pihak memiliki etika bisnis yang baik sehingga patuh pada putusan arbitrase
dengan sukarela.
Sementara
itu, Sekjen BANI, Krisnawenda menambahkan, BANI merupakan lembaga independen
dan bertindak secara otonom dalam penegakan hukum dan keadilan, menyelesaikan
proses arbitrase sesuai dengan kewenangan yang diberikan para pihak melalui
perjanjian atau klausula dan memberikan pendapat mengikat yang diajukan semua
pihak.
Ada
beberapa kelebihan dari arbitrase antara lain kerahasiaan terjamin, fleksibel
dalam prosedur, penyelesaian cepat, hak penunjukkan arbiter berada ditangan
para pihak, pilihan hukum, forum dan prosedur penyelesaian berada di tangan
para pihak dan dituangkan dalam perjanjian serta putusan arbitrase finas dan
mengikat.
Strategi
Dalam Menghadapi MEA
Paling
tidak ada dua strategi yang harus segera dilakukan jika negeri ini mau memetik
keuntungan dengan adanya MEA.Pertama, strategi kedalam.Strategi kedalam
merupakan upaya-upaya yang dilakukan di dalam negeri guna menghadapi MEA,
seperti penggunaan produk dalam negeri, perbaikan infrastruktur dan perbaikan
sistem logistik nasional, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan
membangun industri yang berbasis nilai tambah.Sebagaimana kita ketahui,
kurangnya dukungan infrastruktur, buruknya sistem transportasi/logistik,
lemahnya perangkat hukum, serta terbatasnya jumlah sumber daya manusia
yang kompeten merupakan hambatan utama yang dihadapi bangsa ini. Sudah lumrah
kita dengar bahwa masalah infrastruktur yang buruk seringkali menyebabkan
tingginya biaya produksi dan ini menyebabkan, sebagai contoh, buah lokal hasil
petani-petani kita seringkali lebih mahal daripada buah impor dari Tiongkok
yang menyebabkan buah lokal tidak bisa bersaing di dalam negeri sendiri.
Strategi
kedua adalah strategi keluar. Strategi ini meliputi penerapan standard mutu
untuk produk atau jasa yang akan masuk ke pasar Indonesia, perbaikan sistem
pengelolaan ekspor impor serta memperketat pengawasan ekspor impor, selain itu
yang penting juga adalah memperluas akses pasar di luar negeri. Dalam hal
penerapan standard mutu, kita sebenarnya sudah memiliki UU Perdagangan yang
salah satunya mengatur bahwa produk yang masuk ke Indonesia harus berbahasa
Indonesia dan memenuhi standard yang telah ditetapkan di Indonesia.Akan tetapi,
dalam beberapa kasus kita masih sering menemukan produk-produk makanan dan
obat-obatan yang belum ada label yang berbahasa Indonesia sudah bisa masuk ke
pasar-pasar dalam negeri, terutama di wilayah-wilayah yang berdekatan dengan
negara tetangga.
Selain
itu, hal yang tak kalah pentingnnya untuk segera dilakukan adalah perluasan
akses pasar di luar negeri (ASEAN). Hal ini penting dilakukan, karena ekspor
Indonesia ke pasar ASEAN pada periode Januari-Agustus 2013 misalnya, baru
mencapai 23 persen dari nilai total ekspor. Hal ini antara lain karena tujuan
ekspor kita masih terfokus pada pasar tradisional seperti Amerika Serikat,
Tiongkok dan Jepang. Padahal kalau kita perhatikan trend ekonomi dunia saat
ini, banyak Negara-negara berpendapatan tinggi dengan perlahan pulih dari
defisit dan hutang yang tinggi akibat krisis keuangan global, dan permintaan
mereka terhadap barang impor menjadi lebih lemah dibandingkan sebelumnya, dan
ini berarti perluasan akses pasar di negara-negara ASEAN menjadi penting.
Sejatinya,
perdagangan bebas kawasan memang dapat menjadi peluang sekaligus tantangan.Di
satu sisi dapat membuka pasar bagi industri dalam negeri yang semakin
meningkat. Namun, di sisi lain apabila Indonesia tidak menyiapkan diri dengan
baik dapat menjadi pasar bagi gempuran produk asing yang dapat menghancurkan
kemampuan produktif dalam negeri sendiri. Tentu sebagai warga bangsa kita
selalu berharap MEA yang akan dimulai Desember 2015 nanti dapat membawa
kebaikan bagi seluruh warga bangsa.
Langkah
Perusahaan Menghadapi MEA Dengan Competitive
Advantage Of Employee
Masyarakat
Ekonomi Asean 2015 (MEA) akan segera dicanangkan bulan Desember 2015
mendatang, MEA beranggotakan 10 negara ASEAN dan Indonesia adalah salah satu
anggota dimana saat ini sedang mempersiapkan diri menghadapi perubahan global
baik dari sisi ekonomi, perdagangan, politik, dan tenaga kerja.
Tentunya
momentum yang kompetitif ini berpengaruh besar terhadap perkembangan
perekonomian yang ada di Indonesia. Perkebunan Nusantara X adalah salah
satu badan usaha milik negara, dan sebagai penggerak perekonomian di Indonesia
juga terkena dampak adanya Masyarakat Ekonomi Asean 2015 atau dalam bahasa
Inggris disebut Asean Economic Community.
Perusahaan
plat merah ini, mempunyai beberapa unit usaha strategis diantaranya gula dan
tembakau, dampak yang cukup dirasakan dengan kehadiran Masyarakat Ekonomi Asean
adalah pada bisnis gula. Gencarnya arus gula impor dengan harga lebih murah
menyebabkan gula milik PTPN X belum bisa terjual secara maksimal.
Sedangkan
pada unit usaha tembakau tidak terlalu berpengaruh secara signifikan
dikarenakan distribusi pemasaran produk ini belum masuk ke negara ASEAN tetapi
dieksport ke beberapa negara di Eropa dan Amerika, namun demikian tidak
menutup kemungkinan tembakau cerutu PTPN X juga akan dinikmati pula oleh
masyarakat negara ASEAN tersebut diwaktu yang akan datang.
Sumber
daya manusia adalah salah satu yang akan menerima dampak adanya MEA 2015
tersebut, adanya aliran tenaga kerja trampil yang akan masuk secara bebas
di Indonesia dan bebas memilih pekerjaan yang diinginkan merupakan ancaman
sekaligus tantangan bagi keberadaan SDM yang ada di Indonesia.
Untuk
menghadapi ancaman tersebut itu PT Perkebunan Nusantara X harus segera
mempersiapkan diri terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi terutama
munculnya pesaing tenaga talent expat di perusahaan lain yang mempunyai
kompetensi lebih unggul, dan apabila SDM yang ada di PTPN X tidak segera
berbenah diri maka secara otomatis akan tertinggal dan terlindas oleh para
profesional-profesional muda tersebut.
Pentingnya Competitive Advantage of Employee di era MEA 2015
- PTPN
X merupakan perusahaan perkebunan yang bersifat padat karya yang saat ini
masih kekurangan tenaga kerja yang kompeten dibidangnya, sehingga
berpengaruh terhadap produktivitas. Salah satu kunci keberhasilan di
bisnis perkebunan adalah produktivitas dan kualitas dari tanaman yang
dibudidayakan. Untuk mencapai produktivitas mutlak diperlukan karyawan-karyawan
yang berkompetensi tinggi, unggul dalam bersaing, produktif, kraetif
dan inovatif karena mereka adalah alat penggerak proses operasional
perusahaan.
- Adanya
perdagangan bebas di negara ASEAN (ASEAN Free Trade Area) yang
berpotensi masuknya produk sejenis yang lebih unggul dibandingkan produk
dari PTPN X, hal ini adalah ancaman terbesar terhadap eksistensi
perusahaan, apabila tidak dapat berkompetisi dengan produk yang berasal
dari negara Asean yang lain.
- Adanya
transformasi teknologi (technoware) yang berkembang sangat pesat
menuntut para karyawan harus bisa mengadopsi informasi-informasi terbaru
dari teknologi tersebut dalam rangka peningkatan ilmu pengetahuan,
keahlian dan ketrampilan berinovasi yang bisa diaplikasikan dalam bidang
kerjanya.
- Kemajuan
teknologi di bidang informasi dan komunikasi serta adanya
perubahan-perubahan kondisi ekonomi secara global, isu-isu ekonomi,
politik, dan perdagangan menuntut karyawan menyesuaikan diri terhadap
perubahan yang ada agar tetap unggul dan eksis dalam berkompetisi dengan
SDM yang lainnya terutama para talent expat dari luar negeri.
Kesiapan karyawan PTPN X dalam menghadapi Era MEA 2015
Jika
dipertanyakan apakah kita siap menghadapi era MEA tersebut dalam waktu
singkat?pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Tetapi setidaknya hal ini justru
akan menjadi sebuah tantangan bagi seorang karyawan yang ingin perusahaannya
tetap eksis dan berkembang serta memberikan konstribusi untuk kemajuan
negaranya.
Kemudian
apa yang dapat kita lakukan untuk mengup-grade diri sebagai karyawan di PTPN X
agar menjadi karyawan yang mempunyai keunggulan serta dapat berkompetisi
dengan tenaga kerja lainnya, yang akan membanjiri bursa tenaga kerja di
Indonesia.
Ada
beberapa hal yang harus dilakukan oleh karyawan PTPN X dalam menghadapi
era Masyarakat Ekonomi Asean 2015, diantaranya :
- Meningkatkan
kemampuan atau keahlian di bidang masing-masing meliputi kemampuan bidang
tugas maupun potensi yang ada didalam individu karyawan, dapat dilakukan
melalui pendidikan formal maupun informal yang difasilitasi oleh
perusahaan maupun dengan dana sendiri. Ilmu yang sudah diperoleh dapat
diaplikasikan sesuai dengan bidang tugasnya. Diera teknologi yang sudah
canggih ini kita dengan mudah dapat memanfaatkan jaringan internet untuk
mengakses semua informasi maupun ilmu pengetahuan yang kita butuhkan.
- Lebih
responsif dan adaptif terhadap perubahan global yang akan terjadi di era
Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Terutama adanya alih atau transfer
teknologi yang akan terjadi memaksa kita sebagai karyawan segera
dapat menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan, dimana kontributor
terbesar adalah perkembangan dan evolusi telekomunikasi maupun teknologi
yang membantu pengiriman informasi dengan cepat.
- Meningkatkan
communication skill meliputi direct communication
(komunikasi langsung) dan indirect communication (komunikasi tidak
langsung), komunikasi langsung adalah kemampuan bahasa, selain
bahasa Indonesia, karyawan juga dituntut dapat menggunakan bahasa Inggris
sebagai bahasa Internasional. Adanya perdagangan bebas yang akan terjadi
di Indonesia akan banyak didominasi oleh Investor Asing dan kita sebagai
karyawan harus mempunyai kemampuan berbahasa Inggris untuk kemudahan
komunikasi dan negosiasi bisnis. Komunikasi tidak langsung
melalui berbagai media komunikasi seperti e-mail, skype,
tele conference, atau media sosial (website, blog) dll yang
dapat digunakan sebagai sarana mencari informasi dan komunikasi
praktis, dan sudah selayaknya kemampuan di bidang teknologi
informasi dan komunikasi (infoware) ini harus dimiliki oleh setiap
individu dalam perusahaan untuk kebutuhan komunikasi bisnis.
- Memperdalam
pengetahuan mengenai knowledge organization yang dapat kita peroleh
dari beberapa sumber seperti :customer knowledge meliputi kebutuhan
akan jumlah dan kualitas produk , daya beli pelanggan, serta karakter pelanggan,
kemudian product knowledge meliputi harga jual, karakteristik
produk serta keunggulan produk yang dimiliki. Untuk meningkatkan
profesionalitas bekerja, utamanya karyawan PTPN X yang berkecimpung
di bidang pemasaran gula maupun tembakau, kemampuan knowledge
organization mutlak dibutuhkan untuk menciptakan image positif
perusahaan dimata customer. Hal ini akan menjadikan added value
karyawan.
- Memperdalam
pengetahuan tentang regulasi perdagangan Internasional eksport import yang
mengacu pada International Commercial Terms atau yang
terkenal dengan istilah Incoterms. Dengan adanya perdagangan
bebas di era Masyarakat Ekomoni Asean 2015 laju eksport – import barang
akan semakin deras. Seperti yang telah kita ketahui PTPN X mempunyai
kawasan berikat untuk produk tembakau cerutu di Jelbuk Kabupaten Jember
yang selama ini menjadi pusat arus keluar masuk tembakau cerutu.
Pengetahuan Incoterm ini wajib diketahui oleh para marketer
agar selalu berpedoman pada regulasi perdagangan Internasional supaya
tidak tergelincir pada kesalahan mekanisme eksport import barang.
- Meningkatkan personal
integritymelalui pembelajaran cara ber-etika bisnis yang baik, karena
perusahaan atau suatu organisasi yang unggul bukan hanya memiliki kinerja
dalam bisnis, manajerial dan financial yang baik, tetapi juga kinerja etis
dan etos bisnis yang baik, oleh karena itu karyawan PTPN X diharapkan
mempunyai business attitude yang positif untuk
mendapatkan kepercayaan dihati pelanggan perusahaan.
- Diperlukan
implementasi sistem manajemen mutu ISO yang dapat digunakan sebagai
standar dalam mengelola proses pencapaian mutu, SMM ISO ini juga menjamin
kesesuaian dari suatu proses dan produk atau persyaratan tertentu yang
ditentukan oleh pelanggan untuk mencapai kepuasaannya. Dalam menciptakan produk
yang dapat bersaing secara global, sistem manajemen mutu ini dapat juga
digunakan sebagai bargaining strengths yang menjamin
bahwa produk yang dihasilkan adalah berkualitas tinggi, oleh karena
itu karyawan harus memahami keberadaan sistem ini dan mengimplementasikan
secara profesional dalam rangka mencapai produk yang berdaya saing tinggi.
Peran Manajemen Perusahaan dalam mencapai keunggulan
kompetitif karyawan
Peran
manajemen PTPN X dalam mensupport kesiapan SDM sangat berpengaruh besar
terhadap keberhasilan terciptanya keunggulan kompetitif karyawannya, hal yang
paling mendasar adalah bagaimana manajemen menyusun program-program
pengembangan SDM diantaranya yaitu Management Trainee seperti
pelatihan internal maupun eksternal, Officer Development Program, pendidikan
formal untuk bidang-bidang khusus, benchmarking, maupun bentuk pendidikan
informal lainnya yang mendukung peningkatan kompetensi, keahlian dan
pengetahuan bidang tugasnya. Program ini perlu disusun secara sistematis dengan
menentukan skala prioritas, bertahap dan berkesinambungan serta perlu
melibatkan pihak ketiga (lembaga/institusi) yang profesional dibidang
pengembangan SDM.
Untuk
saat ini, perlu dilakukan pemetaan kompetensi terhadap SDM yang sudah ada
berdasarkan tingkat pendidikan, usia, keahlian dan pengalaman kerja (masa
kerja) di semua level manager per unit usaha, agar manajemen memperoleh
gambaran tingkat kekuatan SDM di masing-masing unit usaha, sehingga
diharapkan pola staffing/placement karyawan dapat dilakukan
secara tepat, kemudian perlu ditetapkan pula standarisasi program
rekrutmen karyawan yang mengacu pada standar International dalam menghadapi era
Masyarakat Ekonomi Asean ini.
Sudah
saatnya manajemen PTPN X melakukan gebrakan baru dengan merekrut para talent
expatriate yang mempunyai keahlian khusus dibidang tertentu, misalnya
bidang Information Technologi, bidang Management Strategic,
bidang Marketing ataupun bidang lain yang dibutuhkan sesuai dengan
kondisi perusahaan saat ini. Hal ini dilakukan bukan bermaksud menyaingi
SDM yang ada tetapi untuk memotivasi karyawan lainnya agar bisa bersaing dalam
hal kompetensi serta mengadopsi working style mereka.
Bagi
karyawan sendiri untuk menjadi karyawan unggul dalam menghadapi era Masyarakat
Ekonomi Asean dibutuhkan kerja keras, ketekunan, keuletan, komitmen, serta
kemauan yang tinggi untuk mengup-grade diri dengan terus belajar, dimulai dari
diri sendiri di komunitas tempat bekerja kita masing-masing sehingga pada
saatnya nanti tanpa terasa kita sudah menjadi karyawan yang unggul secara
kompetensi serta berdaya saing tinggi untuk dapat menaklukan globalisasi yang
terjadi
Sumber:
http://www.beritanda.com/index.php/nasional/ekonomi/5175-hadapi-mea-etika-bisnis-wajib-dijalankan
http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/14/12/29/nhbp7h-kesiapan-menghadapi-mea-2015