Selasa, 01 Desember 2015

TINDAKAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI-NILAI ETIKA BISNIS DALAM RANGKA MENGHADAPI MEA (MASYARAKAT EKONOMI ASEAN)

Dalam menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Desember 2015, etika bisnis menjadi poin penting yang wajib dipegang semua pelaku usaha. Tanpa adanya etika bisnis, penyelesaian sengketa bisnis melalui lembaga peradilan maupun di luar pengadilan atau arbitrase akan sia-sia saja.
Pemberlakuan MEA sudah ada di depan mata. Potensi adanya perselisihan atau sengketa bisnis pasti akan terjadi. Untuk menghindarinya, etika bisnis harus dijalankan. Ketika berbisnis, budaya jujur dan sukarela harus ditanamkan. Jika ada utang mesti dibayar agar tidak muncul sengketa.Jika sudah selesai perkara di arbitrase tidak memperkarakannya kembali ke pengadilan. Nah sekarang ini kebiasaan itu tidak banyak dijalankan pelaku usaha sehingga muncul sengketa-sengketa bisnis.
Perusahaan meyakini bahwa prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan menaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Bahkan etika bisnis ini pula dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan, termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang jujur, transparan dan sikap yang profesional.
Ada beberapa pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya, para pembuat keputusan memiliki kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun kelompok serta tiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati.
Ada 4 pilar utama tentang MEA yakni ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas. Kedua adalah ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce.
Ketiga, ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara Kamboja, Myanmar, Laos dan Vietnam. Terakhir adalah ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.
Ada 7 langkah menghadapi MEA 2015, yakni akses pada hukum dan keadilan, harmonisasi hukum di negara ASEAN, perpustakaan elektronik, program pelatihan untuk hakim, hukum perdagangan dan investasi, pusat kajian ASEAN dan alternatif penyelesaian sengketa.
Agar lembaga arbitrase ini dapat berjalan efektif dan efisien, kata dia, diperlukan revisi substansi UU nomor 30/1999 tentang arbitrase, sosialisasi secara terus-menerus tentang arbitrase ini agar diketahui masyarakat luas, dan para pihak memiliki etika bisnis yang baik sehingga patuh pada putusan arbitrase dengan sukarela.
Sementara itu, Sekjen BANI, Krisnawenda menambahkan, BANI merupakan lembaga independen dan bertindak secara otonom dalam penegakan hukum dan keadilan, menyelesaikan proses arbitrase sesuai dengan kewenangan yang diberikan para pihak melalui perjanjian atau klausula dan memberikan pendapat mengikat yang diajukan semua pihak.
Ada beberapa kelebihan dari arbitrase antara lain kerahasiaan terjamin, fleksibel dalam prosedur, penyelesaian cepat, hak penunjukkan arbiter berada ditangan para pihak, pilihan hukum, forum dan prosedur penyelesaian berada di tangan para pihak dan dituangkan dalam perjanjian serta putusan arbitrase finas dan mengikat.
Strategi Dalam Menghadapi MEA
Paling tidak ada dua strategi yang harus segera dilakukan jika negeri ini mau memetik keuntungan dengan adanya MEA.Pertama, strategi kedalam.Strategi kedalam merupakan upaya-upaya yang dilakukan di dalam negeri guna menghadapi MEA, seperti penggunaan produk dalam negeri, perbaikan infrastruktur dan perbaikan sistem logistik nasional, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan membangun industri yang berbasis nilai tambah.Sebagaimana kita ketahui, kurangnya dukungan infrastruktur, buruknya sistem transportasi/logistik, lemahnya perangkat hukum, serta  terbatasnya jumlah sumber daya manusia yang kompeten merupakan hambatan utama yang dihadapi bangsa ini. Sudah lumrah kita dengar bahwa masalah infrastruktur yang buruk seringkali menyebabkan tingginya biaya produksi dan ini menyebabkan, sebagai contoh, buah lokal hasil petani-petani kita seringkali lebih mahal daripada buah impor dari Tiongkok yang menyebabkan buah lokal tidak bisa bersaing di dalam negeri sendiri.
Strategi kedua adalah strategi keluar. Strategi ini meliputi penerapan standard mutu untuk produk atau jasa yang akan masuk ke pasar Indonesia, perbaikan sistem pengelolaan ekspor impor serta memperketat pengawasan ekspor impor, selain itu yang penting juga adalah memperluas akses pasar di luar negeri. Dalam hal penerapan standard mutu, kita sebenarnya sudah memiliki UU Perdagangan yang salah satunya mengatur bahwa produk yang masuk ke Indonesia harus berbahasa Indonesia dan memenuhi standard yang telah ditetapkan di Indonesia.Akan tetapi, dalam beberapa kasus kita masih sering menemukan produk-produk makanan dan obat-obatan yang belum ada label yang berbahasa Indonesia sudah bisa masuk ke pasar-pasar dalam negeri, terutama di wilayah-wilayah yang berdekatan dengan negara tetangga.
Selain itu, hal yang tak kalah pentingnnya untuk segera dilakukan adalah perluasan akses pasar di luar negeri (ASEAN). Hal ini penting dilakukan, karena ekspor Indonesia ke pasar ASEAN pada periode Januari-Agustus 2013 misalnya, baru mencapai 23 persen dari nilai total ekspor. Hal ini antara lain karena tujuan ekspor kita masih terfokus pada pasar tradisional seperti Amerika Serikat, Tiongkok dan Jepang. Padahal kalau kita perhatikan trend ekonomi dunia saat ini, banyak Negara-negara berpendapatan tinggi dengan perlahan pulih dari defisit dan hutang yang tinggi akibat krisis keuangan global, dan permintaan mereka terhadap barang impor menjadi lebih lemah dibandingkan sebelumnya, dan ini berarti perluasan akses pasar di negara-negara ASEAN menjadi penting.
Sejatinya, perdagangan bebas kawasan memang dapat menjadi peluang sekaligus tantangan.Di satu sisi dapat membuka pasar bagi industri dalam negeri yang semakin meningkat. Namun, di sisi lain apabila Indonesia tidak menyiapkan diri dengan baik dapat menjadi pasar bagi gempuran produk asing yang dapat menghancurkan kemampuan produktif dalam negeri sendiri. Tentu sebagai warga bangsa kita selalu berharap MEA yang akan dimulai Desember 2015 nanti dapat membawa kebaikan bagi seluruh warga bangsa.

Langkah Perusahaan Menghadapi MEA Dengan Competitive Advantage Of Employee
Masyarakat Ekonomi Asean 2015 (MEA)  akan segera dicanangkan bulan Desember 2015 mendatang, MEA beranggotakan 10 negara ASEAN dan Indonesia adalah salah satu anggota dimana saat ini sedang mempersiapkan diri menghadapi perubahan global baik dari sisi ekonomi, perdagangan, politik, dan tenaga kerja.
Tentunya momentum yang kompetitif ini berpengaruh besar terhadap perkembangan perekonomian yang ada di Indonesia. Perkebunan Nusantara X adalah salah satu badan usaha milik negara, dan sebagai penggerak perekonomian di Indonesia juga terkena dampak adanya Masyarakat Ekonomi Asean 2015 atau dalam bahasa Inggris disebut Asean Economic Community.
Perusahaan plat merah ini, mempunyai beberapa unit usaha strategis diantaranya gula dan tembakau, dampak yang cukup dirasakan dengan kehadiran Masyarakat Ekonomi Asean adalah pada bisnis gula. Gencarnya arus gula impor dengan harga lebih murah menyebabkan gula milik PTPN X belum bisa terjual secara maksimal.

Sedangkan pada unit usaha tembakau tidak terlalu berpengaruh secara signifikan dikarenakan distribusi pemasaran produk ini belum masuk ke negara ASEAN tetapi dieksport  ke beberapa negara di Eropa dan Amerika, namun demikian tidak menutup kemungkinan tembakau cerutu PTPN X juga akan dinikmati pula oleh masyarakat negara ASEAN tersebut diwaktu yang akan datang.
Sumber daya manusia adalah salah satu yang akan menerima dampak adanya MEA 2015 tersebut,  adanya aliran tenaga kerja trampil yang akan masuk secara bebas di Indonesia dan bebas memilih pekerjaan yang diinginkan merupakan ancaman sekaligus tantangan bagi keberadaan SDM yang ada di Indonesia.

Untuk menghadapi ancaman tersebut itu PT Perkebunan Nusantara X harus segera mempersiapkan diri terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi terutama munculnya pesaing tenaga talent expat di perusahaan lain yang mempunyai kompetensi lebih unggul, dan  apabila SDM yang ada di PTPN X tidak segera berbenah diri maka secara otomatis akan tertinggal dan terlindas oleh para profesional-profesional muda tersebut.
Pentingnya Competitive Advantage of Employee di era MEA 2015
  1. PTPN X merupakan perusahaan perkebunan yang bersifat padat karya yang saat ini masih kekurangan tenaga kerja yang kompeten dibidangnya, sehingga berpengaruh terhadap produktivitas. Salah satu kunci keberhasilan di bisnis perkebunan adalah produktivitas dan kualitas dari tanaman yang dibudidayakan. Untuk mencapai produktivitas mutlak diperlukan karyawan-karyawan yang berkompetensi tinggi, unggul dalam bersaing,  produktif, kraetif dan inovatif karena mereka adalah alat penggerak proses operasional perusahaan.
  1. Adanya perdagangan bebas di negara ASEAN (ASEAN Free Trade Area) yang berpotensi masuknya produk sejenis yang lebih unggul dibandingkan produk dari PTPN X, hal ini adalah ancaman terbesar terhadap eksistensi perusahaan, apabila tidak dapat berkompetisi dengan produk yang berasal dari negara Asean yang lain.
  2. Adanya transformasi teknologi (technoware) yang berkembang sangat pesat menuntut para karyawan harus bisa mengadopsi informasi-informasi terbaru dari teknologi tersebut dalam rangka peningkatan ilmu pengetahuan, keahlian dan ketrampilan berinovasi yang bisa diaplikasikan dalam bidang kerjanya.
  3. Kemajuan teknologi di bidang informasi dan komunikasi serta adanya perubahan-perubahan kondisi ekonomi secara global, isu-isu ekonomi, politik, dan perdagangan menuntut karyawan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang ada agar tetap unggul dan eksis dalam berkompetisi dengan SDM yang lainnya terutama para talent expat dari luar negeri.
Kesiapan karyawan PTPN X dalam menghadapi Era MEA 2015
Jika dipertanyakan apakah kita siap menghadapi era MEA tersebut dalam waktu singkat?pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Tetapi setidaknya hal ini justru akan menjadi sebuah tantangan bagi seorang karyawan yang ingin perusahaannya tetap eksis dan berkembang serta memberikan konstribusi untuk kemajuan negaranya.

Kemudian apa yang dapat kita lakukan untuk mengup-grade diri sebagai karyawan di PTPN X agar menjadi karyawan yang mempunyai keunggulan serta dapat  berkompetisi dengan tenaga kerja lainnya, yang akan membanjiri bursa tenaga kerja di Indonesia.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh  karyawan  PTPN X dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean 2015, diantaranya :
  1. Meningkatkan kemampuan atau keahlian di bidang masing-masing meliputi kemampuan bidang tugas maupun potensi yang ada didalam individu karyawan, dapat dilakukan melalui pendidikan formal maupun informal yang difasilitasi oleh perusahaan maupun dengan dana sendiri. Ilmu yang sudah diperoleh dapat diaplikasikan sesuai dengan bidang tugasnya. Diera teknologi yang sudah canggih ini kita dengan mudah dapat memanfaatkan jaringan internet untuk mengakses semua informasi maupun ilmu pengetahuan yang kita butuhkan.
  2. Lebih responsif dan adaptif terhadap perubahan global yang akan terjadi di era Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Terutama adanya alih atau transfer teknologi yang akan terjadi memaksa kita sebagai karyawan  segera dapat menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan, dimana kontributor terbesar adalah perkembangan dan evolusi telekomunikasi maupun teknologi yang membantu pengiriman informasi dengan cepat.
  1. Meningkatkan communication skill meliputi direct communication (komunikasi langsung) dan indirect communication (komunikasi tidak langsung), komunikasi langsung  adalah kemampuan bahasa, selain bahasa Indonesia, karyawan juga dituntut dapat menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional. Adanya perdagangan bebas yang akan terjadi di Indonesia akan banyak didominasi oleh Investor Asing dan kita sebagai karyawan harus mempunyai kemampuan berbahasa Inggris untuk kemudahan komunikasi dan negosiasi bisnis. Komunikasi tidak langsung  melalui berbagai media komunikasi seperti e-mail, skype, tele conference, atau media sosial (website, blog) dll yang dapat digunakan sebagai sarana mencari informasi dan komunikasi praktis,  dan sudah selayaknya kemampuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi (infoware) ini harus dimiliki oleh setiap individu dalam perusahaan untuk kebutuhan komunikasi bisnis.
  1. Memperdalam pengetahuan mengenai knowledge organization yang dapat kita peroleh dari beberapa sumber seperti :customer knowledge meliputi kebutuhan akan jumlah dan kualitas produk , daya beli pelanggan, serta karakter pelanggan, kemudian product knowledge meliputi harga jual, karakteristik produk serta keunggulan produk yang dimiliki. Untuk meningkatkan profesionalitas bekerja, utamanya karyawan PTPN X  yang berkecimpung di bidang pemasaran gula maupun tembakau, kemampuan knowledge organization mutlak dibutuhkan untuk menciptakan image positif perusahaan dimata customer. Hal ini akan menjadikan added value karyawan.
  1. Memperdalam pengetahuan tentang regulasi perdagangan Internasional eksport import yang mengacu pada International Commercial Terms atau yang terkenal dengan istilah Incoterms. Dengan adanya perdagangan bebas di era Masyarakat Ekomoni Asean 2015 laju eksport – import barang akan semakin deras. Seperti yang telah kita ketahui PTPN X mempunyai kawasan berikat untuk produk tembakau cerutu di Jelbuk Kabupaten Jember yang selama ini menjadi pusat arus keluar masuk tembakau cerutu. Pengetahuan Incoterm ini wajib diketahui oleh para marketer agar selalu berpedoman pada regulasi perdagangan Internasional supaya tidak tergelincir pada kesalahan mekanisme eksport import barang.
  2. Meningkatkan personal integritymelalui pembelajaran cara ber-etika bisnis yang baik, karena perusahaan atau suatu organisasi yang unggul bukan hanya memiliki kinerja dalam bisnis, manajerial dan financial yang baik, tetapi juga kinerja etis dan etos bisnis yang baik, oleh karena itu karyawan PTPN X diharapkan mempunyai business attitude yang positif untuk mendapatkan kepercayaan dihati pelanggan perusahaan.
  3. Diperlukan implementasi sistem manajemen mutu ISO yang dapat digunakan sebagai standar dalam mengelola proses pencapaian mutu, SMM ISO ini juga menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk atau persyaratan tertentu yang ditentukan oleh pelanggan untuk mencapai kepuasaannya. Dalam menciptakan produk yang dapat bersaing secara global, sistem manajemen mutu ini dapat juga digunakan sebagai bargaining strengths yang menjamin bahwa  produk yang dihasilkan adalah berkualitas tinggi, oleh karena itu karyawan harus memahami  keberadaan sistem ini dan mengimplementasikan secara profesional dalam rangka mencapai produk yang berdaya saing tinggi.
Peran Manajemen Perusahaan dalam mencapai keunggulan kompetitif karyawan
Peran manajemen PTPN X dalam mensupport kesiapan SDM sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan terciptanya keunggulan kompetitif karyawannya, hal yang paling mendasar  adalah bagaimana manajemen menyusun program-program pengembangan SDM diantaranya yaitu  Management Trainee seperti pelatihan internal maupun eksternal, Officer Development Program,  pendidikan formal untuk bidang-bidang khusus, benchmarking, maupun bentuk pendidikan informal lainnya yang mendukung peningkatan kompetensi, keahlian dan pengetahuan bidang tugasnya. Program ini perlu disusun secara sistematis dengan menentukan skala prioritas, bertahap dan berkesinambungan serta perlu melibatkan pihak ketiga (lembaga/institusi) yang profesional dibidang pengembangan SDM.

Untuk saat ini,  perlu dilakukan pemetaan kompetensi terhadap SDM yang sudah ada berdasarkan tingkat pendidikan, usia, keahlian dan pengalaman kerja (masa kerja) di semua level manager per unit usaha, agar  manajemen memperoleh gambaran tingkat kekuatan SDM di masing-masing unit usaha,  sehingga diharapkan pola staffing/placement karyawan dapat dilakukan secara tepat, kemudian perlu ditetapkan pula standarisasi  program rekrutmen karyawan yang mengacu pada standar International dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean ini.

Sudah saatnya manajemen PTPN X melakukan gebrakan baru dengan merekrut para talent expatriate yang mempunyai keahlian khusus dibidang tertentu, misalnya bidang Information Technologi, bidang Management Strategic, bidang Marketing ataupun bidang lain yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi perusahaan saat ini.  Hal ini dilakukan bukan bermaksud menyaingi SDM yang ada tetapi untuk memotivasi karyawan lainnya agar bisa bersaing dalam hal kompetensi serta mengadopsi working style mereka.

Bagi karyawan sendiri untuk menjadi karyawan unggul dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean dibutuhkan kerja keras, ketekunan, keuletan, komitmen, serta kemauan yang tinggi untuk mengup-grade diri dengan terus belajar, dimulai dari diri sendiri di komunitas tempat bekerja kita masing-masing sehingga pada saatnya nanti tanpa terasa kita sudah menjadi karyawan yang unggul secara kompetensi serta berdaya saing tinggi untuk dapat menaklukan globalisasi yang terjadi

Sumber:
http://www.beritanda.com/index.php/nasional/ekonomi/5175-hadapi-mea-etika-bisnis-wajib-dijalankan

http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/14/12/29/nhbp7h-kesiapan-menghadapi-mea-2015