Minggu, 21 Oktober 2012

Beratnya Hidup Di Rumah



Peristiwa ini terjadi pada suatu keluarga muda yang baru mempunyai seorang anak laki-laki yang baru berumur kurang lebih 5 tahun.
                Pada suatu ketika saat suaminya baru pulang kerja, anaknya yang kecil ini berkata: “mama ini kok ngantuk mulu” kebetulan perkataan anaknya ini di dengar bapaknya yang baru pulang kerja tersebut sekitar jam 7 malam “Iya nih, mama ngantuk melulu. Setiap jam sigini mama sudah siap-siap tidur,” kata suaminya.dengan tenang si ibu menjawab dua pertanyaanyang terlontar dari anak dan suaminya, “Memang iya, habis capek sekali dan kadang-kadang terasa bosan mengerjakan pekerjaan di rumah.” Jawaban itu tidak memuaskan suaminya.
                Sambil nyelonong pergi ke kamar mandi suaminya berkata “apa iya secapek itu ma…”.ketidakpercayaan suaminya itu sebenarnya sangat menyakitkan hati istrinya.dua hari kemudian stelah pembicaraan itu adalah hari sabtu, dimana suaminya tidak bekerja dan istrinya sakit. Inilah saat dimana suaminya bisa merasaakan betapa beratnya pekerjaan rumah. Suaminya bangun pagi, mulai dengan merendam cucian.kemudian memasak nasi dan menggoreng lauk untuk sarapan.
                Beberapa saat kemudian ia harus mencuci dan menjemurnya.sebelum anaknya bangun, sang suami harus memandikan lalu “mendandaninya”. Sambil menyuapi anaknya, ia pun turut srapan. Waktu menunjukkan pukul 06.30 dan saatnya harus mengantar anaknya ke sekolah. Lebih kurang 2 jam, ia harus menunggui ananknya sekolah. Setelah pulang, sang suami harus menyiapkan masakan untuk hari itu, baik untuk anaknya maupun untuk dia dan istrinya.          
                Di waktu yang sepertinya senggang, sekitar pukul 12.00, dia harus membimbing ankanya dalam belajar atau mengerjakan PR.”pa, aku tidak bisa tidur, boleh aku main ke teman belakang rumah” kata anaknya yang memang sulit tidur siang kalau hari sabtu. Dengan berat hati sang suami mengizinkan anaknya bermain , tetapi itu tidak berarti dia harus turut mengwasinya.
                Dua jam berlalu, dan tiba saatnya harus mengambil air dari tetangga. karena musim kemarau, maka air yang di dapatkan sangat sedikit untu ukuran sebuah rumah tangga. Biasanya sang istri “mencari-cari” air ke tetangga yang lain.tetapi sang suami tidak berani untuk itu.badan sudah terasa pegalnya, tetapi pekerjaan belum selesai; masih ada baju-baju yang belum disetrika,sumbu kompor sudah pendek,lantai rumah sudah kotor kembali, gelas-piring bekas makan belum dicuci. “Ma, capek sekali rasanya,” katanya memelas dihadapan istrinya yang sedang sakit. “Ya seperti itulah Pa, pekerjaan mama setiap hari,”jawab istrinya.itulah  saat yang tepat untuk membuat suaminya sadar agar bisa menghargai jrih lelah istrinya setiap hari dirumah.
                                                                                                                             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar